Wednesday, October 31, 2012

“ Musik Genggong”

Sumber : hal.20 dan 21  buku berbahasa dan bersastra Indonesia SMP jilid 2

Musik genggong di daerah Karangasem, khususnya di desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Bali telah berkembang ratusan tahun lalu. Musik ini memiliki kwalitas seni yang tinggi, bersifat sakral, dan dapat memberi kesejukan bagi pendengarnya. Sayangnya jenis musik ini kini hampir mengalami kepunahan.

Genggong adalah seni musik perpaduan antara getaran dawai yang berasal dari pelepah pohon enau dan reng dari mulut pemainnya. Perpaduan itu menghasilkan bunyi atau nada yang dikehendaki. Alat musik ini diilhami oleh bunyi kodok sawah yang disebut enggung. Musik genggong merupakan salah satu alat musik yang amat populer zaman dulu. Musik ini sangat diminati dan disenangi banyak orang. Alat musik ini sudah ada sejak dulu dan tidak jelas asal usul maupun sejarahnya. Munculnya musik ini diperkirakan bersamaan dengan seni tari gambuh yang juga tidak diketahui asal-usulnya. Genggong terkenal dikalangan masyarakat Bali, khususnya di Karangasem. Genggong berkembang ke Budekeling karena zaman dulu seniman genggong terkenal dari daerah ini. Keberanian mementaskan musik ini ke berbagai desa ditambah kepiawaian memainkannya menjadikan Budekeling terkenal dengan genggongnya.

Ketenaran seniman genggong Budekeling menyebabkan banyak masyarakat sekitar yang ingin mempelajari. Namun pada tahun 1963, terjadi bencana alam yang besar di Karangasem, yaitu meletusnya Gunung Agung. Peristiwa itu membuat seniman musik genggong tidak lagi memikirkan musik ini. Bagi mereka yang penting menyelamatkan diri dari muntahan lahar Gunung Agung. “Inilah yang menyebabkan seniman genggong tidak serius lagi menggeluti kesenian ini”.

Menurut ceritra sejak zaman dulu musik ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Selain untuk bersenang-senang atau mengisi waktu luang, kesenian ini juga sering dipentaskan dan mendapat undangan dari masyarakat yang mengadakan upacara. Dahulu grup musik genggong Budekeling sering mengiringi kesenian tari tradisional gambuh sebagai pelengkap. Musik genggong berbeda dengan musik lain, musik lain biasanya ruang resonansinya dipadukan dengan benda lain agar dapat menimbulkan bunyi. Pada musik genggong tidak, karena pelawah atau ruang resonansinya haruslah menggunakan mulut pemain. Untuk memperoleh bunyi, hanya memerlukan pengaturan suara dari napas. Suara atau bunyi yang dihasilkanpun amat menarik karena menyerupai suara sejenis katak sawah atau enggung.

Satu-satunya grup musik genggong yang masih lestari di kabupaten Karangasem ada di dusun Jungsri Kecamatan Bebandem. Grup musik genggong ini dapat bertahan karena adanya kesenian drama tari gambuh, dan aci dipura  Saren Kangin. Kedua kesenian tersebut harus memerlukan musik gambuh sebagai pengiring tari maupun pelengkap upacara. Hanya anggauta grup ini sebagian besar telah lanjut usia. Musik genggong termasuk musik yang sulit dimainkan. Minat dan bakat yang tinggi merupakan faktor untuk dapat mempelajari dan memainkan  alat musik ini. Kurangnya minat mempelajari musik genggong menjadi penyebab kepunahannya.  Padahal musik genggong merupakan salah satu  akar budaya bangsa Indonesia. Karena itu semestinya pihak terkait, demi lestarinya musik genggong untuk secepatnya mengambil inisiatif atau tindakan agar musik ini tidak mengalami kepunahan . Untuk itu perlu diadakan pelatihan atau penyuluhan tentang pentingnya warisan leluhur atau budaya tradisional Bali seperti genggong.------    

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini