Bagi masyarakat Hindu di Bali ada sebelas Dewa yang
dianggap memegang peranan penting di dalam kehidupannya, kedudukanNya
digambarkan sebagai “padma-asta-dala” (teratai
berdaun delapan lembar), tiap daun dihubungkan dengan satu arah mata angin,
sedangan kekutan serta sifatNya digambarkan dengan senjata dan warna yaitu ;
1.
Selembar daun menunjuk arah Timur, merupakan kedudukan/stana dari Dewa
Iswara, berwarna putih dan memiliki kekuatan (senjata) bajra.
2.
Selembar daun menunjuk ke arah Tenggara, merupakan stana dari Dewa
Mahesora, berwarna Dadu (merah muda/pink) dan bersenjata dupa.
3. Selembar daun menunjuk arah Selata, merupakan stana dari Dewa Brahma, punya
warna merah bersenjata gada.
4.
Selembar daun menunjuk arah Barat Daya, merupakan stana Dewa Rudra,
berwarna oranye (kudrang) dan bersenjatakan moksala.
5. Selembar daun menunjuk arah Barat, merupakan stana Dewa Mahadewa, berwarna
kuning serta bersenjatakan nagapasa.
6. Selembar dauan menunjuk arah Barat Laut, merupakan stana Dewa Sangkara,
berwarna hijau dan punya senjata angkus.
7.
Selembar daun menunjuk arah Utara, merupakan stana Dewa Wisnu, berwarna
Hitam bersenjata cakra.
8.
Selembar daun menunjuk arah Timur Laut, merupakan stana Dewa Sambu, punya
warna biru bersenjata Tri Sula.
9. Sari (tengah/pusatnya) berada di tengah-tengah disebut madia, merupakan
stana Dewa Siwa, punya warna brumbun (warna-warni) dan bersenjata padma
Catatan : ini lebih dikenal dengan
istilah “dewata nawa sanga” / " dewata nawa sanggha"
istilah “Dewata Nawa Sanggha” konon berkembang pada masa era Prabu Airlangga, yang berarti dewa penguasa 9 arah mata angin yang bersumber dari dasar dasar Rgveda sebagai manifestasi kekuatan Semesta.
Umat Hindu Bali dikatakan
mengenal sebelas dewa, karena dalam pemujaan sampai ada sebelas Dewa,
disebabkan sari (tengah/pusatnya) yang disebut madia dibagi menjadi 3 bagian ;
a.
Madia sor adalah bagian bawah dari lapisan/kerak bumi, disebut pula Bhuh
Loka merupakan stana dari Siwa (Siwatma).
b.
Madia tengah, adalah dunia kita ini disebut pula bwah loka, merupakan stana
dari Sadasiwa.
c.
Madia luhur/luwur, disebut pula swah loka, merupakan stana dari Paramasiwa.
Demikianlah pada upacara-upacara di Bali, Siwa dalam arti
Tuhan dipuja dengan berbagai nama, misalnya : Sanghyang Siwa Raditya, Sanghyang
Pasupati, Sanghyang Pramesti Guru, Sanghyang Giripati, dan sebutan-sebutan yang
lainnya. Dan persembahan kehadapan beliau (Siwa) berarti persembahan pula
kehadapan Ida Sanghyang Widhi. Oleh karena itulah Sanggar Surya sebagai tempat
memuja beliau memegang peranan penting di dalam upacara-upacara keagamaan dan
merupakan saksi terhadap prilaku kehidupan di dunia.-
No comments:
Post a Comment