Ingin menyaksikan yang namanya replika sorga dalam jumlah
yang lumayan banyak, maka datanglah ke tanah Bali, di Bali ada ribuan replika
sorga bahkan tidak tanggung-tanggung pura itu tersebar disepanjang pantai Bali,
makanya dikatakan Pulau Bali itu berpagarkan pura. Ada yang terkatagori pura
keluarga/panti/dadia, ada terkatagori pura Kahyangan Tiga, ada juga Sad
Kahyangan, serta pura-pura yang termasuk dalam katagori Pura Kahyangan Jagat. Secara
klasik, berdasarkan sejarah, pura Kahyangan Jagat dibagi menjadi empat jenis
yaitu Pura Kahyangan Jagat yang didirikan berdasarkan konsepsi Rwa Bhineda,
Catur Loka Pala, Sad Winayaka dan Padma Bhuwana. Ada beberapa pura yang
tergolong berfungsi rangkap, baik sebagai pura Rwa Bhineda, pura Catur Loka
Pala maupun sebagai pura Sad Winayaka dan juga sebagai pura Padma Bhuwana. Pura
Besakih dan Pura Batur di Kintamani adalah pura yang tergolong pura Rwa
Bhineda. Pura Catur Loka Pala adalah Pura Lempuyang Luhur di arah timur Bali,
Pura Luhur Batukaru arah barat, Pura Andakasa arah selatan dan Pura Puncak
Mangu arah utara. Sesuai arti
harafiahnya, Pura Kahyangan Jagat adalah pura yang universal. Seluruh umat
ciptaan Tuhan sejagat boleh bersembahyang ke sana. Pura Kahyangan Jagat
tersebar di seluruh dunia. Khusuhnya untuk di tanah Bali lantaran terpengaruh dengan sejarah yang berusia panjang, pura
Kahyangan Jagat itu digolong-golongkan dengan beberapa kerangka / konsep,
diantaranya ada kerangka Rwa Bineda, kerangka Catur Loka Pala serta yang
lainnya. Namun tiada terpungkiri dalam keseharian kehidupan kita latahnya yang
dinamakan dengan jagat, sesuai dengan pengertian moyang kita dari sejak nguni adalah Bali (lingkupnya amatlah kecil). Namun kini
kebanyakan dari kita berpandangan bahwasanya jagat adalah dunia, tidak sedikit
dari kita kita ini yang langsung
berasumsi bahwa jagat adalah kawasan semesta, lengkap dengan seluruh konstelasi
bintang, nebula, komet sampai lubang hitam, jujur saja diantara semua pendapat
itu semuanya benar berdasarkan keyakinan nan hakiki dibawah pengakuan tentang
adanya kebesaran Sang Maha Pencipta.
Sekilas
info pada tahun 2002 sebuah majalah “ taksu “ namanya, sempat juga
mengimformasikan via halaman niskalanya, bahwa yang namanya tanah Bali itu
memanglah unik, berbagai kreteria pura
baik besar dan kecil ada di tanah Bali dengan berbagai bentuk serta motif yang
berbeda beda, namun kesemuanya berdiri kokoh melewati hempasan zaman serta
panjangnya waktu yang melintas, nuansa relegius beraura mistis tentu ada di
setiap replika sorga itu (fakta). Majalah Taksu edisi Agustus 2002, nomor 89 meceritrakan selintas bahwa di
Bali Barat tepatnya di Desa Manistutu ada sebuah pura yang berdiri kokoh diatas
batu besar serupa perahu layar, bertengger di tengah sungai/tukad(bhs.Bali) di
tengah hutan pula. Pura Pagubugan, demikian namanya persisnya diujung Banjar
Mekarsari, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, pura satu ini kokoh dengan
berbagai misterinya yang bernuansa kehinduan Bali. Diantara misteri itu
misalnya ; para warga yang acap melintas
di jalan setapak di lingkungan pura Pagubugan kerap mendengar suara “auman
harimau” diyakini suara itu adalah merupakan suara ancangan/unen-unen pura. Suara
macan yang mengaum dari balik batu besar pura, seringnya terdengar saat-saat hari yang
disucikan/rerainan di Bali ; purnama/bulan penuh, tilem/bulan mati demikianpun
dengan hari hari suci lainnya. Astungkara Santhi jagat Bali.-
No comments:
Post a Comment