Hindu itu bukan rahasia lagi jika dalam ajarannya juga
mengandung unsus harmonisasi hubungan antar manusia juga alam sekitar, dengan
memposisikan unsur manusia sebagai alam mikro serta alam raya sebagai alam
makro, lugas prinsip itu melahirkan pandangan bahwa bagian tubuh tertentu
memiliki kekuatan yang lebih besar dari pada bagian-bagian tubuh yang lain. Riilnya
bagian muka seseorang paling dianggap memiliki kekuatan, disamping karena paras
seseorang dominan nian mawakili manusia, itulah menyebab terkuat bagian muka
seseorang acap dicantumkan dalam berbagai benda. Ajaran Hindu itu dari sejak nguni telah mecantumkan
bahwasanya bagian genetelia mahluk hidup memiliki aneka kekuatan yang bisa menolak pengaruh buruk disamping
diyakini sebagai pemberi kesuburan. Dari zaman prasejarah dahulu memunculkan
pengkultusan terhadap phallus/penis yang diwujudkan dalam pemujaan sebagai batu
tegak. Maka para pengguna batu besar (megalitik), banyak yang mendirikan batu
tegak sebagai obyek pemujaan, serta acap didampingi batu berbentuk lumpang
(simbul yoni/vagina), cara penempatannya ada secara terpisah terkadang ada juga
yang disatukan. Terkenallah batu tegak
itu dengan sebutan “lingga”, dalam
jajaran Hindu lingga itu tiada lain merupakan perwujudan Dewa Siwa dalam wujud
kelamin laki-laki. [ sesuai lakon ceritra, “ Siwa menampakkan diri sebagai
seorang pemuda nan tampan telanjang bulat di dekat sebuah asrama putri,
gemparlah para penghuni asrama. Pendeta pemimpin asrama mengutuk agar kemaluan pemuda itu
jatuh, kutukanpun bertuah, jatuhlah kemaluan sang pemuda yang tiada lain
sebenarnya Dewa Siwa… berubah wujud menjadi lingga disertai gempa bumi nan
hebat. Para dewa memohon agar Siwa bersedia kembali memasang lingganya, Siwapun
menyanggupi memasang lingganya dengan syarat para manusia menghormatinya
lingganya.]
Lingga adalah perwujudan Dewa Siwa, sedangkan yoni adalah
adalah gambaran atas kelamin wanita sebagai perwujudan saktinya Siwa. Perpaduan
keduanya melambangkan kesuburan Untuk mengekpresikan hubungan itu maka
dikenallah istilah Sanghyang Akasa (Bapa
Akasa) dimana langit dilambangkan sebagai laki-laki dan Sanghyang Pertiwi (Ibu
Pertiwi) dimana tanah/bumi dilambangkan
sebagai ibu . Jelas tergurat dari kedua efek yang berlawanan itu penyatuan
diantara kedua unsur itu di buana agung (alam raya) menimbulkan panas dari
panas menimbulkan buih/awan, serta dari awan melahirkan hujan. Dari hujan
mendatangkan kesuburan dari kesuburan itulah tercipta sarwa pranihitangkara (serba tumbuh/hidup) Dalam buana alit/alam
mikro/manusia juga demikian halnya, dari penyatuan purusa/laki-laki dengan
pradana/wanita timbul panas dari panas
timbul air yang kemudian menimbulkan benih benih kehidupan (benih mahluk
hidup). Dengan adanya lingga yoni disuatu tempat menandakan bahwa tempat
tersebut adalah daerah yang subur. Lingga yoni paling sering ditemukan berada
di dekat candi. Lingga berbentuk batu tegak seperti kemaluan laki - laki dengan
bentuk bujur sangkar pada bagian paling bawah, segi delapan pada bagian tengah
dan bulat di bagian teratas. Lingga berasal dari kata sansekerta yang
berarti tanda, ciri, isyarat, bukti dan keterangan.
Catatan kecil tentang Dewa Siwa……………………( 15 Januari 2018, HR Siwa Ratri)
“ Dewa Siwa itulah Tuhan “
Catatan kecil tentang Dewa Siwa……………………( 15 Januari 2018, HR Siwa Ratri)
“ Dewa Siwa itulah Tuhan “
Kalau kemudian ada yang dengan ragu-ragu bertanya
; ”Tuhan atau Ida Sanghyang Widhi itu sebenarnya siapa ?”, maka dengan tidak
ragu_ragu saya akan menjawab ; ”Beliaulah Tuhan Siwa !”. Kenapa ? Karena Tuhan
Siwa itu adalah ”penguasa” segala-galanya ! Ketika mencipta dunia ini dengan
segala isinya, maka ia mengambil wujud (berbadan) ”Brahma”. Juga ketika ia
”memelihara” dunia ini dengan segala isinya, ia berbadan ”Wisnu”. Demikian juga
ketika ia ”mralina” (melebur) alam ini, maka ia
berbadan ”Siwa”. Karena ketiga bentuknya ini, maka ia disebut ”Dewa Tri Murti”.
Tri artinya ”tiga”, dan murti artinya ”bentuk/wujud”, karena sejatinya ia
adalah ”tunggal” (esa). Pada awal masa penciptaan alam semesta, banyak para
Dewa yang menyangsikan kekuatan Siwa dengan ”saktinya”. Akhirnya apa yang
disangsikan para Dewa terbukti. Siwa menjadi murka karena dirinya terus
dilecehkan ! Ratusan Dewa tewas terbunuh karena amarah Siwa yang tidak
terkendali,dan akhirnya mereka memohon ampun atas kehilapan mereka, yaitu telah
melecehkan Siwa. Dia adalah Mahadewa dengan lima kepala dan sepuluh tangan.
Disebut Mahadewa karena Dia adalah dewanya para Dewa !
No comments:
Post a Comment