Oh Tuhan engkau adalah pendorong
karma yang utama. Enkau penolong umat manusia dengan sifat-sifat utamaMu,
hadirlah Engkau dalam hati kami.
Walaupun diantara ciptaanNya manusia itu (kita) termasuk yang
paling sempurna dari kesekian jenis mahluk yang Beliau ciptakan, tetaplah
sejatinya manusia itu tidak ada apa-apanya dibanding Beliau Sang Pencipta. Demikian banyaknya yang menyebabkan manusdia
itu tidak sempurna dengan aneka keterbatasannya yang lazim disebut manusiawi
diantaranya sifat yang acap lupa, khilap, teledor serta sejenisnya. Yang lebih kentara lagi ketidaksempurnaan
manusia itu terpengaruhi oleh maya (kegelapan), demikian kuatnya mempengaruhi
kehidupan manusia yang namanya kegelapan (maya) itu, inilah penyebab utama
manusia lupa dan tidak sadar akan hubungan dirinya dengan Sang Pencipta. Efek
berikutnya karena kegelapan itulah
menyebabkan adanya perputaran kelahiran juga kematian. Para penutur
agama Hindu banyak yang mengatakan bahwasanya maya (kegelapan) merupakan suatu
kekuatan Iswara yang membuat manusia tidak mengenal dirinya sendiri. Serta
disebutkan juga jika seseorang telah mampu menjauhkan diri dari pengaruh maya
akan bisa (mampu) melaksanakan karma karma utamanya misalnya : menolong sesama mahluk Tuhan, cinta kasih /welas asih terhadap
sesama dan yang lainnya. Yang umum dan
sejatinya telah semua orang tahu cara untuk menjauhi maya (kegelapan) itu adalah dengan sujud mendekatkan diri
denganNya atau dengan kata lain sembahyang atau paling tidak senantiasa eling
denganNya atau selalu berdo’a.
Usai sembahyang bersama tirta dan bije akan dibagikan |
Sebagai penganut Hindu telah banyak ada penjelasan, petunjuk
tentang cara-cara melaksanakan sembahyang/muspa itu. Diantaranya jika hendak
sembahyang sebelumnya mesti dipersiapkan aneka serananya, misalnya : bunga,
kwangen, serta dupa. Bunga itu mesti siapkan jika hendak sembahyang karena
bunga itu melambangkan kesucian hati/keheningan kayun (bhs.Bali) berfungsi
untuk mengungkapkan rasa bakti kehadapanNya (Hyang Widhi). Gunakanlah bunga
yang baik sebagai serana persembahyangan
yakni harum,segar. Jangan memkai bunga yang tidak baik misalnya : bunga
yang layu, bunga busuk, bunga yang sudah kering, bunga yang dikerubuti semut,
bunga yang termakan ulat, bunga yang jatuh sendiri dari pohonnya, serta bunga
yang tumbuh di kuburan. Kwangen juga memiliki fungsi sebagai alat untuk
mengungkapkan rasa bakti kehadapanNya (Hyang Widhi), kwangen itulah merupakan lambing
Ongkara. Tentang dupa/asep, merupakan simbul Hyang Agni, berfungsi sebagai
saksi dan pengantar sembah bakti kita kehadapanNya. Usai sembahyang lasimnya kita
bertirta/mecirta (bhs.Bali), tirta itulah lambang dari pensucian yang berfungsi
untuk menyucikan hati juga pikiran agar bebas dari kotoran, noda, dosa,
kecemasan dan sejenisnya yang termasuk maya (kegelapan). Setelah bertirta/
mecirta dibagikanlah bija/wija, sebagai lambang
Hyang Kumara Putra (Benih dari Dewa Siwa), sebagai penumbuh kembangnya benih
kesiwaan di dalam diri kita. Disebutkan juga, disaat sembahyang semakin fokus/suleng
(bhs.Bali) fikiran kita kepadanNya maka kian
pasrahlah kita menyerahkan diri keharibaanNya, kala itulah muncul dalam diri
kita yang dinamakan sifat sattwika.- Astungkara
No comments:
Post a Comment