|
" Bipan " pemasangan kalpika, bagi siswa kelas 7, tahun 2017/2018 |
Bipan,
bi = dua … pan = pupuan. Bipan dimaksudkan untuk menyebutkan institusi
pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang ada di desa Belimbing yakni
SMP Negeri 2 Pupuan. Sebagai salah satu institusi pendidikan, mengemban amanat
untuk mencerdaskan kehidupan anak negeri dan kebetulan mayoritas siswanya
menganut agama Hindu maka SMP Negeri 2 Pupuan memiliki kewajiban moril untuk
melaksanakan ritual keagamaan Hindu bagi para siswanya yakni “pewintenan
sasraswati” Pawintenan Saraswati adalah
pensucian diri melalui pemujaan kepada Dewi Saraswati saktiNya Brahma yang mencipta ilmu pengetahuan yang
dilaksanakan dengan upacara mewinten setelah pembersihan diri secara lahir
batin. Dimana pewintenan Saraswati secara global dalam Hindu disebutkan
bertujuan untuk memohon kepada Sang Hyang Aji Saraswati agar badan ini siap
untuk menerima wahyu sruti, dan aneka jenis ilmu pengetahuan. Berkelanjutan dilaksanakan
di SMP Negeri 2 Pupuan, setiap anak didik baru pewintenan Saraswatinya
dilakukan saat Hari Raya Saraswati tiba, misalnya siswa tahun pelajaran 2017/2018
pewintenan saraswati bagi siswa kelas satu / kelas tujuh dilaksanakan waktu Sabtu Manis Watugunung 19
Agustus 2017, oleh Jero Mangku Dalem dusun Suredadi ( Jero Gus ) desa
Belimbing.
|
" Bipan " para siswa usai sembahyang Saraswati di merajan sekolah |
|
" Bipan " persiapan pemasangan kalpika pada pada siswa kelas 7 |
Secara umum ada beberapa prosesi dalam pawintenan
saraswati ini yang lazim dilakukan,
yakni Mapetik : sang
anak disucikan dengan memotong rambutnya di lima titik di kepalanya dengan
menggunakan “Panca Korsika” yang bertujuan untuk menghilangkan “papa klesa
petaka ("dosa"; Catur Pataka), lara rogha wighna, gering sasab
merana, sarwa satru, dan sebel kandel dari para pemilet yang dipetik. Mapedamel
: berserana “Sad Rasa”, yang bertujuan merepresentasikan enam rasa yang ada
dalam dunia ini, yaitu manis, asam, asin, pahit, sepat, dan pedas. Marajah, dilaksanakan pasupati dengan dihidupkan ”aksara-aksara suci” yang berada pada tubuhnya agar aksara-aksara suci
tersebut memberikan kekuatan positif dalam proses brahmacari sang pemilet, dalam prosesi pawintenan ini,
Dirajah, di
bagian lidah bertujuan untuk mengendalikan tutur katanya, dan dipakaikan kain
dengan rajahan “Ganapati” di kepala agar Sang Hyang Ganapati senantiasa
melindungi sang anak dari kekuatan negatif. “Semayut”, sejenis benang
tri datu yang dipakaikan di badan, yang bertujuan
untuk mengendalalikan perbuatan sang pamilet, “Karawista” dan juga “Kalpika” bertujuan untuk mengendalikan pikiran.
|
" Bipan " masing-masing kelas membuat sebuah pajegan berserana buah lokal saat Hari Raya Saraswati |
|
" Bipan " masing-masing kelas membuat sebuah pajegan berserana buah lokal saat Hari Raya Saraswati |
Upacara pemujaan Saraswati itu dilakukan pada pagi hari, atau sebelum
tengah hari, Sebelum upacara Saraswati dan sebelum lewat tengah hari, tidak
diperkenankan membaca atau menulis mantra dan kesesusastraan. Bila dilanggar,
hasilnya tidak mendapat rahmat Sanghyang Aji Saraswati (Dewa ilmu pengetahuan),
Tidak diperkenankan ”ngucek sastra”, menghapus
serta mencoret sastra, Mengumpulkan serta
merawat perpustakaan, baik berupa buku-buku maupun lontar yang dimiliki, untuk
kemudian diupacarai menurut ketentuan agama atau diupacarai dengan upakara
(Banten) Saraswati.-
No comments:
Post a Comment