|
sawah di Desa Belimbing kala panen padi tiba |
|
aktivitas wisman di Desa Belimbing, istirahat diantara kegiatan tracking (good) |
Tourism Imformation Center [TIC] dibidang kepariwisataan di
tahun 2017 telah di bangun di daerah tujuan wisata kesohor Tanah Lot Kabupaten
kota Pelangi Tabanan, dengan anggaran dari pusat lebih dari empat ratus lima
puluh juta, selamat untuk pemda Tabanan. Dengan adanya TIC, amat diharapkan
bisa mempromosikan semua daerah tujuan wisata yang ada di kawasan kota pelangi,
tidak hanya destinasi yang telah dikenal oleh para wisman juga obyek obyek wisata baru seperti
keberadaan sejumlah Desa wisata yang kesemuanya kini tengah menggeliat berusa
untuk bangkit terkenal, contohnya “ Desa Wisata Belimbing “ dikecamatan
Pupuan ( Jalan Raya Antosari – Pupuan ).
|
contoh, nini/dadong serana menghormati Dewi Sri di lumbung padi |
|
padi ini cuma setengah ikat /ecangkopan / tengan pejangan ( pengikatnyapun belum permanen baru dari jerami) |
|
seikat padi / epejangan ( dikat dengan tali dari bambu , tali tutus demikian namanya ) |
Ketahuilah bahwasanya Desa Belimbing itu sampai di orbitkan
sebagai sebuah desa wisata karena kepotensialan panorama alamnya, dengan areal pertaniannya nan elok bertife
terasering. Di seputaran masalah pertanian itulah, banyak hal yang dapat di contoh dari desa Belimbing
misalnya mengenai keuletan, ketangguhan para petani desa Belimbing. Jelas
kentara tidak sia sia perjuangan RA Kartini menuntut kesamaan kesempatan antara para lelaki dengan
perempuan. Di desa Belimbing para
istri-istri petaninya tidak tinggal diam menonton menantikan para suami mereka
bekerja di sawah, mereka pro aktif di
semua tahapan mengerjakan lahan pertanian dari membajak hingga memanen padi di
sawah, mereka tidak gengsi tapi tetap cantik (cantik luar dalam tentunya). Dari
pekerjaan ringan hingga berat mereka bantu para suaminya, contohnya memperbaiki
pematang yang longsor (menen mbidan bhs.
Belimbingnya). Di desa Belimbing ada lebih dari tiga organisasi subak, diantaranya
ada subak yang lumayan besar yakni Subak Teben Telabah, dengan luas areal persawahannya lebih dari tujuh puluh
hektar. Di subak yang satu ini para petaninya tetap menanam padi jenis lokal/padi mekatik (bhs.Bali),
disamping padi jenis unggul sesuai arahan PPL pertanian sebagai wakil
pemerintah.
|
petani di desa Belimbing sedang panen/manyi (bhs.Bali) menggunakan ani-ani/anggapan (bhs.Bali) |
|
hasil panen untuk sementara dibawa disimpan pada gubuk di pinngir sawah, kubu sigian nama gubuknya |
i |
petani di desa Belimbing tengah mengangkut padi ke kubu sigiannya |
|
para wisman berfotoria berlatarkan alam desa Belimbing (mereka selalu bilang "good") |
|
indahnya panorama alam Desa Belimbing di mata para Wisman dan Wisnu |
|
" desa Belimbing Pupuan Tabanan Bali " indah |
Sedikit tentang padi jenis lokal di desa Belimbing ; mayoritas penduduk desa Belimbing menganut
agama Hindu, dalam ajaran Hindu padi itu identik nian dengan Dewi Sri sebagai
pemberi kemakmuran. Selaku seorang Dewi tentunya dihormati dijunjung, Dewi Sri
itu salah satu tempat memujanya adalah di lumbung/jineng/gelebeg
(bhs.Belimbing). Untuk bisa melaksanakan ritual penghormatan kepada Dewi Sri di
lumbung padi, salah satu serana pokoknya adalah sebuah nini/dadong yang terbuat
dari sekumpulan/seikat padi lokal, seikat padi lokal itu dalam bahasa
Belimbingnya disebut epejangan. Dengan keharusan membuat sebuah nini/dadong
maka penanaman padi jenis lokal mesti berkesinambungan. Dari sejak dahulu para
petani di tanah Bali khususnya di desa Belimbing memiliki suatu cara menghitung
hasil panen mereka (khusus untuk padi lokal yang diikat/dipejangin (bhs.Bali).
Berdasarkan jumlah, hasil panen padi dihitung dari hitungan terkecil : setengah
pejangan/ tengan pejangan = ecangkopan, seikat = epejangan, kemudian ada
istilah untuk jumlah padi yang lebih besar hitungan tertingginya disebut etegen
= 32 pejangan, setengah tegen (tengan
tegen) = 16 pejangan, ¼ tegen namanya eseet/ecekel = 8 pejangan,
setengah seet (tengan seet) disebut edepukan = 4 pejangan. Setiap habis
panen padi di sawah, maka lazim terdengar pertanyaan tentang hasil panen dalam
bahasa Bali “ kudang tegen jani maan
padi? “ Maksudnya berapa banyak dapat panen padi pada suatu ketika, jawabnya
misalnya duang tegen ( 32 ikat/pejangan
kali 2 ), petang tegen (32 ikat/pejangan kali 4) dsb. Semua istilah hitungan padi itu ada di Desa
Belimbing, diantara para petaninya.
No comments:
Post a Comment