|
Ilustrasi, suasana mistis kala kajeng kliwon |
|
Ilustrasi, suasana mistis kala kajeng kliwon |
Semua
umatNya yang menyadari dan meyakini bahwa kita sampai ada di muka bumi ini
karena ada yang menciptakan, yakni beliau Sang Pencipta, Maha Segalanya, Tuhan.
Dengan dasar keyakinan itulah kita semua mengungkapkan rasa syukur kita
kepadaNya lewat aneka serana dan praserana, Riil para penganut Hindu memakai aneka
jenis sesaji (khusus di Bali dikenal dengan sebutan banten), demikian jua
mengenal saat-saat yang tepat/ baik untuk mengungkapkan rasa syukur itu
keraribaanNya, dimana saat tepat (cocok) itu umat Hindu menyebutnya sebagai
rerainan (rerainan jagat/rerainan gumi), diantaranya ada rerainan purnama/
bulan penuh, rerainan tilem/bulan mati, dan ada juga jenis rerainan yang mengandung unsur
kliwon (bagian dari Panca Wara).Dari yang tergolong panca wara, kliwon
merupakan dasar rerainan yang terkatagori penting, misalnya untuk melakukan
korban suci butha yadnya atau mengobati orang sakit ke dukun dicarilah saat
hari yang mengandung unsur kliwon, contoh kajeng kliwon, buda/rabu kliwon,
tumpek (Sabtu Kliwon), dan hari lainnya misalnya kajeng kliwon uwudan ( kala
hari mengandung unsur kajeng kliwon menjelang tilem/bulan mati).
|
contoh : i kalsaat baik untuk butha yadnya (mecaru) selain saat tilem diupayakan paling tidak saat hari kliwon |
|
di zamannya dahulu, di tempat ini kebesaranNya pernah diagungkan misalnya kala kliwon atau rerainan lainnya |
Khusus
tentang rerainan yang dinamakan kajeng kliwon, teman di media sosial face book,
lewat statusnya di bulan Juli 2017 pernah menerangkan sebagai berikut : “
Rerainan Kajeng Kliwon merupakan rerainan 'pingit' (keramat) atau 'tenget'
(dalam bahasa Bali). Disebut ”pingit” karena pada rerainan ini ”bertemunya” dua
kekuatan ”hitam” dan ”putih”, atau ”pengiwa” (kiri) dan ”penengen” (kanan).
Kajeng adalah salah satu wewaran (hari) dari TRI WARA (hari yang banyaknya 3,
yaitu ; pasah, beteng/gunung tegeh, kajeng). Sedangkan Kliwon adalah salah satu
wewaran (hari) dari PANCA WARA (hari yang banyaknya 5, yaitu ; umanis, paing,
pon, wage, kliwon). Kajeng menggambarkan sifat-sifat Ahamkara (ego) dari Bhuta
Kala, Desti (setan jejadian) dan aneka mahluk halus berwujud seram, dsb, yang merupakan
manifestasi dari DEWI DURGA. Sedangkan Kliwon menggambarkan sifat-sifat dharma
(kebenaran) dari para Dewa, atau manifestasi dari DEWA SIWA. Pertemuan dua
kekuatan (kajeng dan kliwon) inilah diyakini yang melahirkan ”kesidhian” atau
Darma wisesa atau ”Dharma Sakti”
No comments:
Post a Comment