perjalanan suci ke berbagai pura demi lebih mendekat denganNya umat Hindu menamakan " tirtha yatra " |
Tujuan agama atau dharma sesuai dengan keyakinan umat Hindu adalah untuk mencapai ”moksa” ... ”Moksartham jagadhita ya
caiti dharmah”. Pengertian yang dimaksudkan ialah demi mencapai ”kebahagiaan rokhaniah”
(moksa artham) dan ”kesejahteraan hidup lahiriah” (jagadhita). Moksa artinya
”pembebasan”, yaitu bersatunya Atman dengan sumbernya, yaitu
Parama Atman (Tuhan). Pertanyaannya ialah ; seberapa
banyak orang yang bisa mencapai moksa ?
Di Bali, hanya Danghyang Nirartha atau Danghyang
Dwijendra atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pedanda Sakti Wau Rauh ( diyakini berstana / dipuja di Pura Gunung
Beleku Desa Gunung Sari Lombok Barat), yang mencapai moksa. Beliau moksa pada abad 15 di pasraman Uluwatu
(sekarang Pura Luhur Uluwatu).
Demi lebih mengarah ke tercapainya tujuan agama
itu, para umat Hindu lazim mengejawantahkannya dengan tindakan riil yakni bertirtha yatra (melakukan perjalanan ke
berbagai pura). Khususnya para penganut Hindu Bali lumayan banyak yang melakukan
tirtha yatranya memadukan lokasi Bali Lombok yang nyata-nyata memiliki
kedekatan geografis maupun historis. Jarak yang terbilang dekat, menjadikan
Nusa kecil Bali dan pulau cabai Lombok membuat keduanya mirip persis secara
geografis. Misalnya secara historis, orang suci kenamaan Hindu Danghyang
Nirartha perjalanan sucinya juga hingga ke Lombok dengan bukti kongkrit beliau
di puja di Pura Gunung Bleku Lombok Barat. Jika perjalanan tirtha yatra
dilanjutkan sesuai Koran Tokoh edisi 889 februari 2016, tujuan berikutnya cocok
ke Pura Jagatnatha Mayura, sereta Pura Narmada. Kedua pura dinfokan memiliki
taman air yang selalu ramai dikunjungi, konon Pura Mayura tersebut dibangun
oleh seorang raja beragama Hindu dari Tanah Bali (Anak Agung Made Karangasem sekitar tahun
1744), artinya kekuasaan kerajaan Bali era itu hingga ke Lombok. Ada juga Taman
Narmada di era Raja Anak Agung Ngurah Karangasem, sebagai tempat korban suci
umat Hindu (pekelem saban purnama Kelima tahun Saka). Taman Narmada itu lumayan unik, air taman
diyakini mampu membuat awet muda beraroma cendana. Persembahyangan umat Hindu
di areal Taman Narmada dilakukan di Pura Kelasa., selanjutnya perjalanan rohani
tirtha yatra ke Pura Suranadi yang berstatus pura dangkahyangan jagat. Taman
Suranadi menyajikan lima pancuran yang airnya diyakini dari Gunung Rinjani,
maka jadilah Pura Suranadi berjulukan Pura Panca Tirtha. Berbagai penyakit
diyakini bisa disembuhkan dengan air kelima pancuran tersebut (Ngentas Mala). Mandi di Pancuran Pura
Suranadi para penganut Hindu berkeyakinan memperoleh kehidupan yang baru
(suranadi) Belumlah lengkap jika bertirtha yatra ke Lombok, kalau sampai Pura Lingsar ketinggalan. Di desa Lingsar lokasi puranya, berupa
gabungan yang menunai kerukunan antara umat Hindu dan Islam. Kawasan pura
terbagi dua, diutara ada Pura Gaduh (untuk Hindu) serta untuk umat Islam ada
Pura Weku Telu (Kamaliq). Pengunjung pura wajib mengenakan selendang kuning,
sebagai tanda penghormatan. Digunakan sebagai tempat beribadah dua agama,
setahun sekali penganut dua agama melaksanakan upacara Perang Topat yakni
perang berserana topat/ketupat sebagai penjaga kerukunan, maka ajeglah NKRI.
Sumber : Koran Tokoh 889, febr. 2016
.
No comments:
Post a Comment