Kembali kita ke rutinitas ritual keagamaan umat Hindu, walau tidak
tersangkal Hindu itu merupakan sekelompok orang-orang kafir di mata mereka yang
selalu menyaksikan kuman di sebrang lautan tapi mereka tidak pernah mampu
melihat secara nyata utuh gajah di pelupuk matanya. Dalam ajaran Hindu jamak
orang tahu, ada suatu istilah yang disebut upacara/ ritual yang mana upacara
itu merupakan korban/pengorbanan suci kepadaNya, atau ada juga yang mengartikan
sebelum kita meminta kita wajib memberikan, ada juga yang mengatakan
upacara/ritual keagamaan Hindu itu merupakan ungkapan rasa terima kasih umat
kepadaNya atas semua limpahan rahmatNya yang berupa sandang, pangan serta papan
di tengah-tengah kesehatan para umat. Diantara kita yang sefaham sebut saja
sekelompok orang-orang penganut dan pencinta suatu agama, upacara/ritual
keagamaan Hindu itu juga ada nilai filsafatnya ; upacara dalam Hindu itu
merupakan cara-cara melakukan hubungan antara atman dengan parama atman, antara
manusia dengan penciptanya (Hyang Widhi beserta semua manifestasiNya), dengan
jalan yadnya (korban suci) untuk tercapainya kesucian jiwa, via panca yadnya ;
Dewa yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Bhuta yadnya, dan Manusa yadnya.
Khusus tentang manusa yadnya, tiada lain merupakan pengorbanan
suci para umat Hindu yang ditujukan untuk kesempurnaan hidup manusia,
diantaranya : mengadakan selamatan pada waktu bayi dalam kandungan/gharba
wedana/megedong-gedongan, bayi baru lahir, saat bayi berumur ebulan pitung dina
(42 hari)/ tutug kambuhan, bayi umur 3 bulan (nelu bulanin), bayi umur 6 bulan
(peweton/oton), anak yang telah beranjak dewasa/ rajaswala, upacara potong
gigi/mepandes/metatah, dan upacara perkawinan/wiwaha. Tentang otonan itu,
otonan tidaklah mesti dibuatkan dengan upacara yang besar/berlebih apa lagi
mewah, yang terpenting adalah nilai rohaninya, sehingga sesuai harapan nilai
itu dapat mentransformasikan aneka pencerahan kepada setiap orang yang diupacarai/
dioton. Betapa tiada bergunanya otonan yang besar jika si anak tidak pernah
diajarkan untuk sungkem juga hormat (menghargai) orang-orang yang lebih tua
ataupun orang-orang yang dituakan. Dengan selalu dibuatkan banten oton, harapan
para umat Hindu adalah kedepannya si anak dapat merubah prilaku yang tidak
benar menjadi tindakan yang santun berbudhi baik, hormat, bijak sana serta
welas asih dan pada akhirnya sepanjang ayatnya dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Amat diyakini jika suatu upacara otonan dilaksanakan dengan
sedhana akan mengarahkan orang/ sianak kepada realisasi diri yang tertinggi. karena
dalam upacara otonan terkandung makna, bahwa kita berasal dariNya/Brahman dan
pada saat nanti harus kembali kepadaNya. Bukan menjelekkan/ mengatakan bahwa
hari ulang tahun itu jelek, tapi dalam ajaran Hindu ulang tahun itu tidak diwajibkan,
tapi beda halnya dengan upacara otonan. Karena di saat otonan itu, kita
memanjatkan do’a/ puja kepadaNya/ Hyang Widhi serta kepada para leluhur atas
perkenanNya roh/atma bisa menjelma kembali menjadi manusia, juga saat otonan
itu mohon keselamatan dan kesejahtraan
dalam menempuh kehidupan selanjutnya.-
No comments:
Post a Comment