Thursday, July 21, 2016

Dinamakan “Pelinggih Catur Buana”



 
Pelinggih Catur Buana di desa Megati Tabanan Bali

Tempat stana Hyang Widhi yang dipuja dan diagungkan oleh umat Hindu yang dalam kesehariannya di sebut “pelinggih” sedemikian banyaknya di nusa kecil Bali. Bangunan suci yang dinamakan pelinggih itu tempat berstananya Hyang Widhi dengan segala manifestasinya yang diyakini berkilau dengan berbagai sinar suciNya, dibuat sesuai dengan pedoman baku berupa asta dewa maupun asta kosali dan telah di sucikan disangaskara. Sakti dari energiNya sesuai keyakinan Hindu (baca Hindu Bali) dipuja pada suatu pelinggih. EnergiNya latah disebut perana,  merupakan bentuk ciptaan keperdana dari Brahman, dengan prana muncullah Panca Maha Bhuta bertenagakan prana maka diyakini terciptalah alam maya ini berikut isinya. Dengan saktiNya Hyang Widhi menjadi Maha Kuasa ( Maha Pencipta, Pemelihara, Pelebur mengembalikan semua benda ke asal pembentuknya ) Hindu mengenal istilah taksu, adapun taksu itu dapat diartikan sama dengan sakti / wisesa, serta yang dimaksudkan dengan sakti adalah simbul dari bala / kekuatan, sakti itu juga bisa diartikan energy/ kala, konon dalam bahasa Sanskrit energy itu disebut perana.
 
dengan 4 perwujudan Dewi, pelinngih Catur Buana di bangun (Desa Megati, Selemadeg, Tabanan)
Sedemikian banyaknya ada bangunan suci yang dinamakan pelinggih di tanah Bali, tiada ubahnya di era-era jayanya kerajaan yang berpatihkan Gajah Mada segala jenis bangunan suci yang berhubungan denganNya banyak dibangun. Sebagai Majapahit yang terakhir, kehidupan bergama sedemikian bagusnya  di nusa Bali termasuk pembangunan aneka jenis tempat suci. Misalnya saja lumrah berlaku di setiap perempatan/pertigaan yang mana  penganut Hindu Bali menamai catus pata, lasim di bangun sebuah pelinggih (kebanyakan berupa pelinggih berbentuk Padma sana ).  Khususnya di pertigaan Desa Megati, di tahun 2016 juga dibangun sebuah pelinggih nan megah indah memakai modal APBD Tabanan dengan nilai riil  lebih dari seratus sembilan puluh juta rupiah, sebuah bukti kalau Tabanan itu berupa suatu daerah yang mapan. Sesuai info yang mengglobal di internet / sosmed, undagi pelinggih lumayan berpengalaman diantaranya membuat candi petilasan Prabu Siliwangi tahun 2011, dan mempekerjakan tenaga trampil lebih dari 15 orang. Sesuai info sosmed juga, disaat yang namanya patung Sanghyang Acintya di puncak pelinggih di kerjakan pas terjadi kilatan petir berulang-ulang disertai hujan. Dengan kejadian itu banyak yang percaya, sedemikian relegiusnya yang namanya Taksu Bali, diyakini pembangunan pelinggih di pertigaan Megati itu juga direstuiNya. Dinamakan “Pelinggih Hyang Catur Buana” sesuai riilnya ; pada sisi Timur berupa patung Dewi Uma, menghadap ke selatan Patung Dewi Saraswati, menghadap (sisi) barat Patung Dewi Sasi, serta yang menghadap ke utara Patung Dewi Sri, menggunakan ornamen nan klasik.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini