Memang tiada pernah habisnya ceritra tentang pulau Bali
beserta warganya yang nyata-nyata penganut Hindu nan taat. Kepercayaan akan
beradaanNya yang di anut oleh sebagian warga bumi diantaranya adalah bernama
Hindu, ya lumrah bernama agama Hindu. Jamak yang tahu penganut Hindu itu
diantaranya ada di India dan juga di Indonesesia, utamanya Bali, Hindu sebagai
penganut Mayoritas hanya ada di nusa kecil Bali.
Khusus di jajaran penganut agama Hindu ada suatu hari yang
disakralkan, dimana hari itu diyakini saat yang tepat sebagai hari baik
memperingati suatu kejadian bersejarah dimana kebatilan itu senantiasa kalah
oleh kebaikan (penganut Hindu menyebutnya dharma), dharma sesuai kehendaknNya
senantiasa menang atas Adharma. Karena sejenis, tentu ada persamaan, demikian
jua pada ajaran Hindu di India dan Bali. Di India ada Durga Puja, dan di Bali
ada Galungan, kedua-duanya suatu moment memperingati kemenangan
dharma/kebaikan.
|
suasana desa Di Sulawesi Galungan febr 2016. foto dari medsos Fb |
|
suasana umat Sedharma di Sulawesi Galungan Febr.2016. Foto medsos Fb |
Khususnya Hindu di India, hari raya Galungan disebut dengan
”Durga Puja”. Pada hari Durga Puja ini, dimana masyarakat Hindu di India memuja
”Dewi Durga”. Sedangkan hari raya Kuningan di India, disebut dengan ”Vijaya
Dasami”. Pada hari raya Kuningan ini yang
dipuja adalah ”Dewa Siwa”. Masyarakat Hindu di India merayakan Durga
Puja dan Vijaya Dasami ini dengan mengarak arca ”Durga - Ganesa”. Durga artinya
'penyebab rintangan', sedangkan Ganesa artinya ”penolak rintangan atau
halangan”. Kalau di Bali, kita memuja leluhur di Sanggah Kemulan (rong telu/rong
tiga), tetapi masyarakat di India memuja leluhur mereka pada tempat yang disebut ”Vastospati”.
|
suasana perayaan Galungan pada salah satu Pura Banyuwangi Jatim, Febr.2016 / foto medsos Fb |
|
Mesimakrama Hindu di Lampung usai sembahyang Galungan,Febr 2016 (foto medsos Fb) |
|
kegiatan kehidupan orang bali pribumi yang di suka turis,BUKAN tanah hasil REKLAMASI |
Sudah mentradisi, kalau umat Hindu di Bali merayakan
kemenangan dharma tepatnya pada hari Rabu/Buda Keliwon wuku Dungulan/Galungan
(wuku ke 11), namun tiada terpungkiri, banyak diantara penganut Hindu Bali
(khususnya para generasi muda) yang tidak seksama betul melakoni rangkaian
upacara hari raya Hindu yang satu ini. Sebelum hari Rabu Dungulan tiba, para
penganut Hindu Bali telah meyakini banyak godaan yang hendak menggoyahkan iman
diantaranya menyebabkan kadar emosi tinggi pemicu keributan diantara keluarga/masyarakat.
Hal ini lumrahnya dinamai di goda oleh Sang Kala Tiganing Galungan dimana dinamai
para Butha Kala. Untuk semua itu, sehari menjelang Rabu Dungulan, tepatnya hari Selasa/Penampahan
Galungan diadakanlah yang namanya rangkaian upacara penyomian/penetralisir
kala/bhuta. Dengan upacara itu umat Hindu meyakini semua kekuatan Sang Kala
Tiganing Galungan kembali ke asalnya dan menjadilah Kala Hita. melalui
pelaksanaan upacara tebasan penampahan: Byakala, prayascita dan Sesayut pemiyak
kala, pada waktu sandikala ( orang Bali
bilang saat saru pis bolong). Oleh karena itulah upacara tebasan penampahan
merupakan hal yang sangat penting sehubungan rangkaian Galungan, karena
memiliki tujuan untuk menetralisir kekuatan-kekuatan yang bersifat Asuri
sampad, baik untuk Buana Agung maupun Buana Alit, agar
menjadi kekuatan Daiwi Sampad, sehingga dapat menjaga keseimbangan keselarasan
dan keserasian antara Buana Agung dan Buana Alit, sekala niskala dan secara
fisik dan mental, sehingga Dharma dapat ajeg. Pelaksanaan upacara dilakukan di
tengah tengah halaman rumah/tengah natah, diyakini sebagai simbul mandyaning
mandala, titik episentrum kekuatan Sang Kala Bucari.-
No comments:
Post a Comment