Bersyukurlah kita semua yang hingga memasuki zaman batu akik
di NKRI, kita semua masih sehat walafiat diberi kesempatan olehNya untuk
menikmati semua karuniaNya. Walau tidak seberapa besar terasa tentang segala
kelebihan tanah yang kita pijak ketimbang tanah lain di belahan bumi ini, mari
kita bersyukur karena paling tidak pada zamannya dahulu negeri kita (Indonesia)
pernah disegani orang-orang sejagat. Khalayak dunia telah membuktikan bukan
hanya tanahnya yang bagus subur, namun
di daratan kepulauan Indonesia juga pernah muncul nama- nama besar yang
diperbincangkan oleh warga sebumi. Diantaranya ada nama Gajah Mada, dan
nama-nama pemimpin lainnya di bumi Nusantara sesuai zamannya.
Para orang-orang yang tergolong bangsa Indonesia, yang
mengakui tidak setengah hati bahwa Indonesia itu adalah bangsa dan negaranya,
sejatinya telah mewarisi sesuatu yang sedemikian pentingnya dari para kolonial dahulu.
Jadi dengan demikian kita janganlah menutup mata terhadap jasa para penjajah,
kita dijajah memang kita ditindas tapi juga dididik. Ketahuilah sesungguhnya
nama negara kita (Indonesia) adalah merupakan warisan nama dari penjajah. Kembali
mengenai orang-orang besar/punya nama yang pernah hidup di NKRI ini, sebut saja beliau adalah Pramoedya Ananta Toer sastrawan terkemuka negeri penulis novel
sejarah. Beliau mengatakan bahwa Indonesia itu berarti Kepulauan India (belum
keluar/terlepas dari kolonialis menamai negeri kita). Masih tentang pemikiran
beliau nan cemerlang, alangkah bagusnya jikalau kita sebangsa menamai negara
kita “Nusantara” yang muncul di era Majapahit yang konon
berarti : Kepulauan antara dua benua, atau sesuai dengan zamannya dahulu kala
masa emasnya kerajaan Singasari/Singosari/Singhasari yang pernah menorehkan
istilah “Dipantara” untuk sebutan negeri
kita. Dipantara, dijelaskan memiliki arti :
Benteng antara dua benua. Sejujurnya, kedua nama itu memang gagah
terdengar.-
Sumber bacaan : Majalah Widyakori, 31 SMPN 2 Pupuan (bipan) ISSN : 2085 -5516.
No comments:
Post a Comment