Bali, tanah Bali merupakan segumpal tanah yang menghijau biru
terkatagori lingkungan subur dan dihiasi lebih dari 2 buah gunung berapi.
Mereka ada yang menamakan Pulau Dewata, pulau Surga, dan ada juga yang
menyimpulkan Bali itu adalah merupakan Majapahit yang terakhir. Terkenal jauh
ke manca negara sana adalah lantaran budaya/kebudayaannya yang tiada pernah
lekang oleh zaman. Kekokohan budaya tanah Bali telah melintasi beberapa kali
perubahan zaman, sebut saja zaman bali mula, zaman kerajaan (misalnya zamannya
Raja Dalem Waturenggung lahir jenis kesenian gambuh, wayang kulit, wayang wong
dll), zaman kolonial dan zaman
kemerdekaan hingga di era reformasi ini. Di NKRI ini hanya provinsi Bali yang
mampu berkesinambungan tiada pernah putus menyelenggarakan pesta seni/kesenian
saban tahunnya, lebih dari ¼ abad pesta
kesenian bali telah berhasil diselenggarakan yang tiada lain merupakan gagasan
cemerlang dari pejabat gubernur tahun 1979 ( Prof.Dr.Ida Bagus Mantra).
Tidak hanya seorang tokoh yang memperhatikan perkembangan
tanah Bali dari waktu ke waktu utamanya dalam bidang kebudayaannya yaang
terkait erat dengan keseharian kehidupannya. Sebut saja tokoh itu berasal dari Meksiko di
Amerika sana, Covarrubias amat terkagum
dengan masyarakat tanah Bali, dia mengatakan warga tanah Bali merupakan
sekelompok orang yang berbakat seni, seni yang muncul diantara warga tanah Bali
dikatakan nyata kentara terekspresi sepontan dalam segala aspek kehidupannya.
Emosi berkesenian warga tanah Bali membubung dalam ritus keagamaannya. Hampir dalam setiap upacara
agama Hindu di tanah Bali disertai
persembahan seni. Covarrubias menyimpulkan, pasang surut atau hidup matinya
kesenian Bali di sangga oleh psiko-relegi dalam implementasi aneka upacara
keagamaan (baca agama Hindu Bal). Mungkin sejak zaman kerajaan di tanah Bali
dahulu, Clifford Gerrtz memperhatikan
budayanya tanah Bali dia mengatakan eksistensi semua kerajaan di tanah Bali
sebagai pengayom kebudayaan Bali /sebagai pengayomnya jagat seni, dia juga mengatakan
tanah Bali itu tiada ubahnya negara panggung/negara pentas. Dalam sebuah negara
panggung khususnya Bali, kemegahan juga gebyar seni adalah pernyataan kebesaran kerajaan dan raja.
Kemegahan dan dan gebyar itu sempat redup di tanah Bali, ketika kolonialisme
Belanda mengebiri kekuatan semua raja di tanah Bali, demikian juga kala tanah
Bali masuk dalam kesatuan negara NKRI, keraton/puri tidak lagi menjadi
orientasi budaya/kultural yang sarat.
Namun Tuhan menghendaki budaya tanah Bali nan adi luhung tidak boleh
lenyap, maka kemegahan gebyar budaya itu nampak jelas dalam jejak-jejak ritual
keagamaan warga tanah Bali dengan kemeriahan seni di dalamnya dengan kata lain,
konsep negara teater masih terkonstruksi
di tengah alam pikiran warga tanah Bali.-
Sumber bacaan : koran
Nusa Bali edisi Minggu 21-6-2015
No comments:
Post a Comment