Wednesday, October 16, 2013

Hindu, suatu agama yang fleksibel

Canang sari  " yang paling sederhana namun terutama"
Lokasi : Pura Thirta Empul


Banyak jalan menuju roma, banyak terowongan menuju satu titik, banyak juga jenis kendaraan yang dapat dipakai menuju suatu tempat. Namanya saja suatu tempat yang diungsi oleh  banyak orang tentulah tempat itu adalah merupakan tempat yang amat baik, dan mulia. Tempat yang kita maksudkan disini adalah tempat di sisiNya, banyak kendaraan yang menuju kepadaNya dan dapat kita ikuti/tekuni/ dan fahami. Namanya saja tempat di sekitarNya maka sudah barang tentu memerlukan suatu jenis kendaraan lain dari yang lumrah kita lihat saban hari lalu lalang di depan mata kita, kendaraannya adalah berjenis kasat mata,berkatagori keyakinan. Banyak keyakinan yang ada di alam ini, katakanlah keyakinan di salah satu bidang saja : agama, banyak agama yang ada, semuanya baik karena tidak ada satu agamapun di dunia ini mengajarkan umatnya berbuat sesuatu yang membuat orang lain dirugikan maupun disakiti.


Pura Gading Wani

Sebagai contoh di Nusantara yang  kini kental dengan sebutan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), ada lima agama resmi yang diakui oleh pemerintah, salah satunya adalah agama warisan kerajaan besar Nusantara (Majapahit), Hindu demikian nama agama atau keyakinan itu. Hindu adalah merupakan suatu gama yang fleksibel elastis, karena para pemeluknya sama sekali tidak diizinkan untuk berfikir ruwet rumit kala menjelang, saat, dan setelah beryadnya/korban suci. Jenis yadnya/aturan tidaklah dipatok agar memenuhi kreteria tertentu dalam hal ini ada tingkatannya agar umat dapat menyesuaikan sesuai kemampuan ( nista, madya, utama ). Kita ambil contoh satu saja, pada saat pelaksanaan upacara hari raya yang tibanya saban 210 hari sekali : “Hari Raya Galungan (Rabu Keliwon Dungulan)” Tepat pada hari Rabu Keliwon Dungulan, sejak pagi hari umat sudah mesuci laksana melakukan persembahyangan dengan sekadar haturan di merajan sesuai kemampuan, minimal soda, rayunan putih kuning, rayunan pesucian, dan dilanjutkan dengan persembahyangan. Jika ingin menghaturkan sesajen yang lebih besar, bisa saja, umat yang faham dengan sastra tahu, kalau Hindu itu fleksibel sekali, tidak mesti dengan upacara besar.Yang penting suatu persembahan senantiasa didasari ketulusan pikiran, pelaksanaan, serta ketulusan ucapan. (semua itu akan menjadikan umat lebih positif). Bagi umat yang terjun dibidang spiritual, sejak Senin Pon Dungulan  dimbau terus berdo’a, bersemadhi memohon kepada Hyang Widhi agar diberi jalan yang terbaik dan lebih positif siba hari……    (Astungkara).

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini