Monday, September 2, 2013

Antara manusia dengan lingkungan ( caru bagi umat Hindu )


Di negara NKRI yang amat terkenal luas hingga ke seluruh dunia ini, agama Hindu adalah merupakan salah satu agama yang keberadaannya diakui oleh pemerintah Indonesia. Maka dengan demikian berkembanglah agama Hindu bersama dengan agama-agama lainnya dengan tingkat toleransi yang amat tinggi, itulah NKRI yang nyata-nyata mampu menyandingkan lima agama dengan masing-masing penganutnya tidak dapat dibilang sedikit.
Contoh caru sehabis merehab pelinggih

Pelaksanaan caru menjelang piodalan

Khusus mengenai agama Hindu, sesuai dengan koran mingguan tokoh edisi 2 – 8 September 2013 adalah merupakan agama rasa. Mana kala merasakan keadaan tidak baik para umat Hindu acap kali melaksanakan upacara mecaru (butha yadnya), merupakan suatu cara yang diyakini umat Hindu sebagai cara untuk mengharmonisasikan hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya. ( pecaruan merupakan penyucian/pemarisudha bhuta kala dan segala kotoran, diharapkan agar semua sirna dan pada akhirnya menjadi suci kembali / mengharmoniskan bhuana agung dan bhuana alit  agar menjadi baik )

Upacara mecaru adalah merupakan aplikasi dari filosofi Tri Hita Karana sesuai yang disebutkan oleh lontar Pakem Gama Tirta, agar senantiasa terjadi keharmonisan dalam hubungan antara manusia dengan Hyang Widhi (parahyangan), hubungan antara manusia dengan sesama manusia (pawongan), serta hubungan antara manusia dengan alam (palemahan). Tentang caru yang dilaksanakan oleh umat Hindu ada beraneka jenis dan tingkatan, seperti caru dengan satu ayam (eka sata), caru dengan lima ayam (manca sata), dan ada juga yang namanya caru Rsi Gana. Tingkatan pecaruan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing umat. Pelaksanaannyapun dalam berbagai waktu, misalnya mecaru ketika akan membangun dan menempati rumah baru  yang akan melewati rangkaian upacara : ngeruwak (membuat jalan untuk masuk ke rumah), mecaru negteg, baru kemudian penghuninya masuk pekarangan baru. Ada juga caru yang dilaksanakan sehari menjelang Hari Raya Nyepi (tawur agung/tawur kesanga). Menjelang piodalan di pura-pura di Bali juga diadakan suatu pecaruan,  demikian juga halnya menjelang piodalan di setiap merajan/sanggah (keluarga) yang lumrah dikenal dengan istilah caru piodalan, dan jenis-jenis pecaruan yang lainnya.

Sesungguhnya yang namanya mecaru itu berguna untuk : menanamkan nilai-nilai luhur dan spiritual kepada umat manusia agar selalu menjaga keharmonisan alam, lingkungan beserta isinya (wawasan semesta alam) Makna mecaru ini adalah kewajiban manusia marawat alam yang diumpamakan badan raga Tuhan dalam perwujudan alam semesta beserta isinya.

Sumber : koran mingguan tokoh  2 – 8  september 2013.--




No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini