Kita semua tahu bahwasanya warga Bali umumnya menggelar Hari
Raya Nyepi (Nyepi) sekali dalam setahun, yakni pada penanggal ping pisan sasih
kedasa. Namun tidak demikian dengan krama pekraman Bantiran Kecamatan Pupuan,
Kabupaten Tabanan Provinsi Bali. Mereka menggelar nyepi dua kali dalam setahun,
pertama untuk merayakan tahun baru saka dan serangkaian karya ngusaba gede di
pura puseh dan desa setempat. Tentang perayaan nyepi sama, melakukan catur
berata penyepian seperti : amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (
tidak bekerja ), amati lelungan ( tidak bepergian ), serta amati lelanguan (
tidak bersenang – senang ).
Perayaan nyepi dua kali setahun itu bertalian dengan karya
ngusaba gede di pura puseh dan desa setempat, yang diselenggarakan kala
purnamaning kelima dengan persiapan karya selama sebulan dengan berbagai
keunikan. Seperti menggelar penyepian, meboros/berburu kidang/kijang selama 3
hari bagi para orang tua, bermain gandu di jaba pura yang dilakukan oleh anak-anak.
Serta dipungkasi rejang ayunan, yakni para penari rejang memanjat tali yang
diikatkan pada pohon beringin akhirnya
berayun dan diputar oleh pecalang. Nyepi digelar 15 hari sebelum karya ngusaba
gede, tepatnya saat tilem (bulan mati)
sama seperti peringatan tahun baru saka. Pengerupukan juga digelar yang
diwarnai dengan nglinderang ( mengelilingkan ) sapi di batas wilayah desa
pekraman. Yakni dibatas empegan di ujung desa. Sapi tersebut kemudian langsung
dipakai caru. Uniknya, saat sapi itu dibawa keliling desa setiap tiba di ujung
desa selalu ditusuk dengan pedang. Yang boleh menusukkan pedang ke sapi itu
tidaklah boleh sembarang orang. Disebut saye, mereka yang boleh menusukkan
pedang ke sapi itu. Saye dipilih secara sakral pada malam hari melalui ujian
niskala. Yang terpilih sebagai saye umumnya menjabat selama setahun. Keesokan
harinya, krama desa pekraman Bantiran, melaksanakan catur berata penyepian.
Sementara di jalan raya kendaraan yang lalu lalang tetap dibebaskan, catur
berata penyepian hanya diberlakukan bagi warga desa bantiran
Ada perkecualian, penyepian tidak akan di laksanakan kalau
tilem sasih kapat menjelang purnama kelima jatuh pada wuku Dungulan atau
mendekati Hari Raya Galungan, selain itu jika menjelang karya ngusaba gede ada
kematian yang dialami oleh Jro Mangku maupun Jro Pangliman. “Karya Ngusaba Gede
merupakan hari luapan kegembiraan warga Bantiran, karena semua diwariskan
secara turun temurun”
Sumber : Majalah
Serasi, edisi 18 Februari 2013.-
No comments:
Post a Comment