Wednesday, July 31, 2013

Hanya di Desa Bantiran Pupuan


Kita semua tahu bahwasanya warga Bali umumnya menggelar Hari Raya Nyepi (Nyepi) sekali dalam setahun, yakni pada penanggal ping pisan sasih kedasa. Namun tidak demikian dengan krama pekraman Bantiran Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan Provinsi Bali. Mereka menggelar nyepi dua kali dalam setahun, pertama untuk merayakan tahun baru saka dan serangkaian karya ngusaba gede di pura puseh dan desa setempat. Tentang perayaan nyepi sama, melakukan catur berata penyepian seperti : amati geni (tidak menyalakan api), amati karya ( tidak bekerja ), amati lelungan ( tidak bepergian ), serta amati lelanguan ( tidak  bersenang – senang ).

Perayaan nyepi dua kali setahun itu bertalian dengan karya ngusaba gede di pura puseh dan desa setempat, yang diselenggarakan kala purnamaning kelima dengan persiapan karya selama sebulan dengan berbagai keunikan. Seperti menggelar penyepian, meboros/berburu kidang/kijang selama 3 hari bagi para orang tua, bermain gandu di jaba pura yang dilakukan oleh anak-anak. Serta dipungkasi rejang ayunan, yakni para penari rejang memanjat tali yang diikatkan pada pohon beringin  akhirnya berayun dan diputar oleh pecalang. Nyepi digelar 15 hari sebelum karya ngusaba gede, tepatnya saat tilem (bulan mati)  sama seperti peringatan tahun baru saka. Pengerupukan juga digelar yang diwarnai dengan nglinderang ( mengelilingkan ) sapi di batas wilayah desa pekraman. Yakni dibatas empegan di ujung desa. Sapi tersebut kemudian langsung dipakai caru. Uniknya, saat sapi itu dibawa keliling desa setiap tiba di ujung desa selalu ditusuk dengan pedang. Yang boleh menusukkan pedang ke sapi itu tidaklah boleh sembarang orang. Disebut saye, mereka yang boleh menusukkan pedang ke sapi itu. Saye dipilih secara sakral pada malam hari melalui ujian niskala. Yang terpilih sebagai saye umumnya menjabat selama setahun. Keesokan harinya, krama desa pekraman Bantiran, melaksanakan catur berata penyepian. Sementara di jalan raya kendaraan yang lalu lalang tetap dibebaskan, catur berata penyepian hanya diberlakukan bagi warga desa bantiran

Ada perkecualian, penyepian tidak akan di laksanakan kalau tilem sasih kapat menjelang purnama kelima jatuh pada wuku Dungulan atau mendekati Hari Raya Galungan, selain itu jika menjelang karya ngusaba gede ada kematian yang dialami oleh Jro Mangku maupun Jro Pangliman. “Karya Ngusaba Gede merupakan hari luapan kegembiraan warga Bantiran, karena semua diwariskan secara turun temurun”

Sumber  : Majalah Serasi, edisi 18  Februari  2013.-

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini