Saturday, May 4, 2013

Hendaknya “ada rasa tanggung jawab dari suatu kebudayaan”



Tanah Bali adalah amat indentik dengan kebudayaan, karena apa ?. Karena sedemikian tingginya budaya Bali itu, dunia mengakui, dunia terkagum-kagum karenanya merupakan suatu kebudayaam yang tidak pernah luntur dan lekang oleh waktu semasih Agama Hindu mayoritas mendiami tanah Bali. Tanah Bali adalah merupakan suatu perpaduan yang luluh antara agama dan kebudayaan, yang nyata / secara riilnya berorientasi pembangunan dan kesenian. Itu semua dapat terwariskan hingga kini berkat jasa besar Mpu Kuturan di abad kesepuluh lampau. Yang mana gemanya masih merambat sepanjang masa.


Tidak semua orang dapat memikirkan, kenapa pulau Bali yang kecil mungil ini bisa menjadi besi berani memiliki gaya tarik terhadap wiasatawan dalam dan luar negeri untuk datang ke tanah Bali, sehingga Bali dijadikan pusat pariwisata bagian tengah dari wawasan Indonesia. Tak tersangkalkan, perkembangan ini lumayan membawa kebaikan dapat menyerap tenaga kerja, travel biro, art shop, restaurant , dsb. Namun disamping ada yang diuntungkan juga ada yang dirugikan, misalnya terjadi : banyak disalah gunakan dalam bidang penempatan bangunan-bangunan contohnya > mana bangunan suci, mana yang tidak, riilnya : di muka restaurant ada patung wisnu, patung Sanghyang Tunggal  ada di muka WC, dan yang lainnya.  Ini jelas kurang harmonis dipandang dari sudut kesakralan yang masih menjolok mata kita.  Jelasnya juga diminta kepada pemilik bangunan (pelaku pariwisata), agar ada rasa tanggung jawab dari kebudayaan kita (Bali), beri kesan yang mantap terhadap umum. Hendaknya kita sama-sama merasa memiliki dan sama-sama menghargainya. Memang tanah Bali unik, mengasyikkan bagi para turis, maka dari itu pula hendaknya diperhatikan benar-benar segi-seginya dari tetap terpeliharanya kesucian suatu tempat…..

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini