Disadari atau tidak umat Hindu memang telah menjalankan
ajaran agamanya yang terkenal dengan sebutan Catur Purusha Artha : Dharma, Artha, Kama dan Moksha. Dari
empat itu nampaknya hanya tiga didepan yang mendapatkan perhatian atau
penekananan.
Dharma, Artha, dan Kama merupakan aspek tugas (pekerjaan),
sarana/ kekayaan, serta pemenuhan akan keinginan. Sedangkan aspek Moksha umat
cendrung tidak memberikan perhatian. Mungkin salah satunya karena pemahaman
tentang moksha itu masih diartikan sempit. Yang lumrah mereka tahu moksha itu
adalah sirnanya badan, seperti yang dapat dilakukan para orang suci/ sakti
dulu. Juga amat mungkin karena tidak mau dibilang sok suci. Padahal moksha yang
artinya pembebasan dari ikatan/ dorongan badaniah yang kasar maupun halus, jelas
merupakan tujuan akhir dan integral dari
Catur Purusha Artha.
Jika berkutat pada penekanan aspek dharma, artha, dan kama
saja tanpa komit menapak ke aspek moksha, ini artinya penghayatan / pekerjaan
atau prestasi yang tanggung. Setiap perkembangan yang tertahan dan
tanggung akan melahirkan
ekses-ekses merosot yang bersifat sosial
horisontal dan kebawah (berpotensi liar,
kriminal, dan juga lepas kendali) : pertikaian konflik dari tingkat keluarga,
banjar, desa, hingga kabupaten bahkan mungkin provinsi yang mempersoalkan hal
–hal yang tidak substansial, lepas dari konteks, perspektif kemanusiaan,
kebudayaan, dan keadilan – singkatnya tujuan hidup. Dengan demikian, konsep
Catur Purusha Artha yang seutuhnya mesti diadopsi dan difahami serta dijadikan tolok
idial oleh umat sedharma.---
No comments:
Post a Comment