Friday, February 15, 2013

Yang istimewa di pura Lempuyang Luhur



Kalau ingin mendapatan tirtha di dalam bambu sesungguhnya agak sukar didapat,disamping harus menggunakan sarana banten dan sizin pemangku setempat juga bagi si pemohon harus  didasari dengan kesucian hati serta jnana dan yadnya yang tulus. Oleh karena itu tirtha tersebut dinamakan tirtha-pingit


Hal yang istimewa yang ada saat piodalan di Pura Lempuyang Luhur adalah : bahwa di dalam Pura Lempuyang Luhur terdapat serumpun bambu jenis kecil ( sejenis “tiying buluh”), akan tetapi ruas-ruasnya lebih pendek.

Setelah selesai ngaturarang bakti ( melakukan persembahyangan ), batang bambu tadi di pancung / dipotong oleh pemangku guna mendapatkan air yang ada di dalam batang bambu tersebut ( disebut “ tirtha pingit” ) untuk dipakai sebagai tirtha bagi setiap orang yang pedek tangkil ngaturang bakti ke Pura Lempuyang Luhur. Tirtha tersebut juga berfungsi sebagai “ tirtha pengenteg – enteg “  yakni tirtha yang dipakai  untuk “ ngenteg linggih “  baik di pura-pura , merajan, maupun di sanggah-sanggah.



Sumber : Laporan penelitian sejarah pura, IHD Denpasar tahun 1979.



Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur, Stana Bathara Hyang Gnijaya.

Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur yg berlokasi di Banjar Purwayu, Desa Tri Buana, Kecamatan Abang, #Karangasem dibangun pada tahun Caka 13 (91 Masehi), Beliau adalah Putra Hyang Pasupati yang Berstana di Gunung Semeru.
Bersama dua saudaranya, Bathara Hyang Putranjaya yang Berstana di Puncak Tohlangkir/Gunung Agung dan Ida Bathari Hyang Dewi Danuh yang Berstana di Gunung/Danau Batur, Mereka bertiga disebut Hyang Tri Lingga.
Dalam Tatanan Hindu Bali, Bathara Hyang Putranjaya mengemban tugas mengatur masyarakat dan pemerintahan, Bathari Hyang Dewi Danuh menjaga kemakmuran dan Bathara Hyang Gnijaya mengemban tugas Kependetaan.
Hyang Gnijaya melahirkan lima putra spiritual yang disebut Panca Tirta. Mereka adalah Sang Brahmana Pandita Mpu Gnijaya berparhyangan di Lempuyang Madya, Mpu Semeru Nyukla Brahmacari berparhyangan di Pura Pasek Besakih, Mpu Gana nyukla Brahmacari berparhyangan di Gelgel Dasar Buana, Mpu Kuturan pembawa paham Trimurti berparhyangan di Silayukti dan Mpu Baradah Bagawan Kerajaan Kediri, Daha, Jawa Timur.
Berdasarkan Brahmanda Raja Purana, Pujawali di Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur dilaksanakan setiap Wraspati Umanis Wuku Dungulan (Manis Galungan) dan pada tiap Radita Kliwon Biantara Sasih Palguna Panca Wali Krama.
Menurut Bisama, Umat Hindu Bali minimal melaksanakan Pujabakti ke Pura ini sekali dalam sepuluh tahun, demikian pula disebutkan krama Desa Adat Purwayu tidak boleh lupa ngemban Swadarma sebagai Pengempon Pura.



Sumber : medsos Fb  akun  Sejarah Bali

 

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini