Friday, January 11, 2013

Selintas tentang “ kurikulum 2013”



I Made Wirawan WP. Bali post 10012013.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada beberapa media massa menyebutkan, bahwa banyak yang mengeluh dengan sistim pendidikan sekarang yang lebih menekankkan pada teks atau hapalan tanpa adanya kemampuan mengimplementasikan pada kehidupan nyata. Untuk itu kementrian pendidikan merumuskan kurikulum 2013, secara umum digambarkan sebagai pengajaran yang observatif. Siswa diajak memecahkan masalah sesuai dengan kenyataan yang ada dan siswa ditunutut kreatif. Mendikbud juga memaparkan contohnya pada satuan sekolah  dasar, mata pelajaran yang akan diajarkan berupa agama, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni dan Budaya, serta Olah Raga dan Pendidikan kesehatan.


Rencana perubahan itu terbilang ekstrim karena dari kurikulum sebelumnya setiap mata pelajaran dikhususkan dalam pengajarannya/ memiliki forsinya sendiri-sendiri. Lalu beberapa tahun belakangan mata pelajaran disisipi dengan tema lingkungan yang seiring dengan isu global warming yang melanda bumi. Mata pelajaran yang diajarkan sama namun setiap materi pelajaran menyertakan tema pelajaran tentang lingkungan. Kurikulum tahun 2013 memakai sistim terbalik, tema dipakai dasar sedangkan mata pelajaran konvensional yang dimasukkan ke dalamnya, jadi disana akan campur aduk satu sama lain. Kurikulum 2013 kayak menggabungkan output SMK dengan output SMA dimana daya nalar sejalan dengan ketrampilan. Perubahan kurikulum ini cendrung dipaksakan dengan adanya desakan dari hasil survei yang menyatakan siswa di Indonesia daya nalarnya rendah.  Pemerintah lebih memprioritaskan output daya nalar dan kreativitas siswa setelah tamat. Hal ini terbukti dengan matematika masih tetap berdiri kokoh diantara pelajaran sains yang lain. Kalau hasil logical- mathematical intelligence lebih ditonjolkan pada siswa, bagaimana nasibnya sekolah kejuruan?  Sedangkan mereka dicetak agar menjadi produk siap pakai, dimana hidup bukan sekedar hitung-hitungan namun pintar memanfaatkan ketrampilan dan kemampuan di waktu dan tempat yang tepat. Mata pelajaran yang akan diciutkan jadi permasalahan serius. Mulok terutama pengajaran bahasa daerah dimasukkan kedalam seni budaya, dimana tidak akan ada spesialisasi pengajaran bahasa daerah. Hak pengajaran bahasa daerah akan diperkosa, dibuang, dan diabaikan. Dilindungi oleh undang-undang namun disingkirkan dalam keseharian.---

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini