Masihkah anda ingat akan
orang suci Hindu yang bernama Mpu Kuturan atau Mpu Rajakretha? Atas hasil
pemikiran yang cemerlang dari beliaulah
adanya pelinggih meru di tanah Bali. Konon pelinggih meru itu adalah lambang
dari Gunung Mahameru tempat kediaman para Dewa. Dalam perkembangannya di tanah
Bali meru tidak hanya bertumpang (bertingkat) tiga, melainkan dari tumpang satu
hingga sebelas. Yang namanya tumpang meru itu selalu ganjil, kecuali yang
bertumpang dua. Jadi dengan demikian ada meru yang bertumpang, 1, 2, 3, 5, 7,
9, dan 11.
Kenyataan membuktikan bahwa di tanah Bali sesuai fungsinya meru dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yakni sebagai Dewa Pratistha atau pelinggih Dewa serta meru selaku
Atma Pratistha atau sebagai pelinggih arwah suci. Perbedaannya ada pada sikut
(ukurannya) sesuai yang ada pada lontar astha kosala-kosali. Meru juga merupakan perpaduan dari Pradhana
Tatwa dan Purusa Tatwa, yang melahirkan Batur Kalawasan Petak atau cikal
bakal leluhur yang suci. Disebutkan juga bahwa meru merupakan lambang andhabhuana
atau alam semesta, sedangkan tumpang atapnya simbol lapisan alam. Juga
disebutkan bahwa meru adalah simbol aksara suci
Dasaaksara yang manunggak menjadi Om. Meru beratap 11 adalah lambang
dari 11 kasara suci, simbol Ekadasa Dewata. Meru beratap 9 lambang 9 aksara
suci, simbol nawa dewata (sanga dewata) Meru tumpang 7 perlambang aksara suci simbol sapta dewata,
meru tumpang 5 merupakan lambang 5 aksara suci, simbol panca dewata, dan meru
beratap 3 lambang tri aksara simbol tri purusa ( 3 Siwa), meru tumpang dua
lambang 2 aksara suci, simbol rwa bhinedha atau purusa-pradana Sedangkan meru
beratap 1 merupakan lambang dari panunggalan semua aksara menjadi Om, simbol
Sanghyang Tunggal.
Untuk menghormati jasa-jasa
Mpu Kuturan, maka dibuatkan pelinggih khusus untuk beliau berbentuk Menjangan
Salwang, karena kedatangan beliau ke Bali konon mengendarai seekor menjangan.
sumber > buku Babad Pasek, seri "babad bali"
No comments:
Post a Comment