Sunday, December 23, 2012

Kesucian pura dan Pariwisata ( tanah Bali)


Warga tanah Bali, dan semua bangsa Indonesia telah nyata-nyata senang dan berbangga diri karena memiliki suatu wilayah yang terkenal dengan sebutan paradise island. Di luar negeri sana, bukan rahasia lagi mereka lebih mengenal kata Bali ketimbang kata Indonesia, ada juga yang bertanya Bali itu disebelah mananya Indonesia? Atau sebaliknya Indonesia itu di sebelah mananya Bali ? Itulah tanah Bali kesayangan para Dewa, para Dewa saja menyayangi tanah Bali semestinya kita juga amat menyayangi tanah Bali, bukannya terlalu bangga akan kelebihan tanah Bali ketimbang daerah lainnya, sehingga kita lupa daratan dan tiada ingat lautan.

Pulau seribu pura, demikian mereka membilangnya. Namun kenyataan saat ini banyak pura yang terlalu/berlebihan diekploitasi untuk kepentingan pariwisata, memang pariwisata itu banyak uangnya tak dipungkiri lagi.  Para operator travel, masyarakat dan pemimpin desa adat serta pengempon pura itu sendiri tanpa sadar melakukan hal itu. Semestinya pura yang kita gunakan sebagai tempat sembahyang selalu steril dari unsur pariwisata, seperti hanya yang ada di India sana. Sesuai berita di India, wisatawan tidaklah diperkenankan masuk ke areal terdalam suatu kuil kalau tidak dengan tujuan sembahyang. Amat berbeda dengan di tanah Bali, akibatnya “leteh” sudah pasti terjadi, karena kita tidak tahu persis apakah para wisatawan yang berkunjung itu dalam keadaan bersih jasmani dan rohani atau tidak. Tidak mustahil turis wanita sedang datang bulan (haid) namun tidak mengaku, yang penting mereka bisa masuk ke areal pura. Selain itu, dari pihak internal saat ini cendrung lebih  melihat dari sisi materi saja, tanpa memikirkan efek selanjutnya. Tidak sedikit pura sengaja dibuka seluas-luasnya untuk umum. Ini sama saja memasukkan semua kotoran ketempat yang semestinya kita sucikan demi selembar/sekeping dolar. Betul nggak?


Rasanya  para wisatawan tidak akan protes bila kita dapat memberikan penjelasan yang baik tentang sebuah pura, dan aturan-aturannya yang berlaku. Disinilah peran dari desa adat dan para pengempon pura agar lebih tegas terhadap  aturan-aturan yang berlaku pada suatu pura tertentu. Eksploitasi pariwisata  besar-besaran  mengakibatkan kesucian suatu pura telah tidak dapat lagi dijaga dengan baik. Banyak tour guide terutama yang bukan asli Bali, bahkan dari luar negeri memberikan penjelasan tentang pura jauh menyimpang dari sebenarnya, ironis memang.  Para tour guide hanya mengejar omzet perusahaannya, dan kurang tegasnya desa adat dan pengempon pura menyebabkan leteh-nya tempat suci di tanah Bali. Penyebabnya antara lain, banyaknya pujian dunia tentang tanah Bali yang membuat kita terlalu terbuai dan terkesan hanya memanfaatkan moment itu guna mendatangkan uang, bukan sebaliknya berusaha “menjaga kesucian warisan leluhur demi generasi nanti”  ............   

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini