Tidaklah banyak yang tahu bahwa Mpu Kuturan adalah termasuk “Sang
Catur Sanak” yang terdiri dari : Mpu Gnijaya, Mpu Semeru, Mpu Ghana, dan Mpu
Kuturan. Namun tentang jasa Mpu Kuturan terhadap rakyat Bali memang banyak yang
tahu, karena Mpu Kuturanlah sebagai konseptor desa pakraman yang diwarisi dan
dilestarikan oleh warga tanah Bali khususnya yang beragama Hindu hingga
sekarang. Mpu Kuturan telah membawa banyak perubahan dalam tata keagamaan dan
tatanan kehudupan masyarakat Bali. Membangun pura seperti Kahyangan Tiga, Sad
Kahyangan, dan yang lainnya, lengkap dengan aturan upacara-upacaranya. Usana
Bali, demikian nama tempat tertuangkannya peraturan dan tempat pemujaan yang konon ditulis sekitar tahun saka 1355
(tahun 1433 M )
Mpu Kuturan juga berhasil memperluas dan memperbesar Pura
Besakih, serta menciptakan pelinggih yang disebut meru, gedong dan lainnya.
Beliau juga yang mengajarkan pembuatan kahyangan spiritual, termasuk pembuatan
jenis-jenis pedagingan. Penuangan konsep
tri murti kedalam wadah desa pekraman telah berhasil memperkuat keberadaan desa
pekraman dari gejolak dan pengaruh negatif baik yang muncul dari dalam maupun
dari luar. Kenyataan menunjukkan pula bahwa konsep Tri Murti telah berhasil
menyatukan 3 unsur sumber kehidupan masyarakat Hindu di Bali. Ketiga unsur itu
yakni parhyangan (dimanifestasikan
menjadi kahyangan tiga), unsur wilayah
teritorial yang disebut palemahan, dan unsur manusianya yang disebut pawongan.
Ketiga unsur itu kemudian diberi istilah dengan tri hita karana. Dengan
demikian jelaslah, bahwa Mpu bukanlah hanya seorang tokoh agama akan tetapi
juga seorang pandhita yang memiliki wawasan kemasyarakatan yang amat luas.
Hasil-hasil karya yang telah ditinggalkan membuktikan bahwa, Mpu Kuturan
disamping seorang agamawan besar juga seorang budayawan, ahli sosial ekonomi ,
sosial politik, dsb. Mpu Kuturan juga membuat dan menyempurnakan Kahyangan
Jagat yang berjumlah 8 buah, Pura Besakih, Lempuyang, Andakasa, Goa Lawah,
Batukaru, Beratan, Batur, dan Uluwatu.
No comments:
Post a Comment