Janganlah sampai lupa ada kata Loro Jonggrang dalam
pikiran kita, maka ingatlah juga akan kata Prambanan dan kata Jogja/Yogya.
Jogja/Yogya itu ibarat batu mulia dia adalah salah satu mutiara yang di miliki
oleh bangsa besar Indonesia. Sedemikian berharganya sedemikian indahnya dalam
bayangan semua orang sebelum dapat menginjakkan kaki di daerah Jogja, tapi
memanglah demikian adanya sejujurnya. Jogja/Yogya memang indah dengan panorama
alam bukit kidulnya yang tiada lain merupakan kelanjutan dari pegunungan seribu
yang keloktah berpemandangan alam nan permai.Di Bukit Kidul itulah seakan
tumbuh kokoh dari dalam tanah beberapa buah candi peninggalan nenek moyang
bangsa ( Candi Bubrah, Candi Plaosan, Candi/Kraton Ratu Boko, Candi Banyunibo,
Candi Sari, Candi Kalasan/permata kesenian Jateng, Candi Sambisari, dan
Percandian Prambanan : Candi Siwa,Candi Brahma, Candi Wisnu, Candi Nandi, Candi
Angsa, Candi Garuda, Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Sudut )
prosesi keagamaan menjelang pergantian tahun saka ke tahun saka 1938 |
prosesi keagamaan menjelang pergantian tahun saka ke tahun saka 1938 |
Hingga di tahun dua ribuan, NKRI kembali memasuki
suatu era, era batu, yakni era batu akik peninggalan besar nenek moyang bangsa
masih tegar kokoh berdiri seakan tiada lekang oleh hempasan angin sepanjang
musim silih berganti, walau nyata
perubahan tetap merongrong dari waktu ke waktu. Sebut saja sesuai lazimnya,
Candi Loro Jonggrang yang acap di sebut Candi Prambanan tepatnya Percandian
Prambanan terletak/berlokasi persis di
perbatasan dua daerah tingkat satu ( Jateng dan DIY ), 17 Km di timurnya kota
Jogja, dan 53 Km di baratnya kota Solo ( sekitar 200 meter di utaranya Jalan
Raya Jogja – Solo, di timurnya sungai Opak ).
Sejatinya kita semua harus
memilih mau percaya dengan legenda
atau beberapa bukti tertulis/terpahat/sejarah,
tentang keberadaan Percandian/sekelompok
candi Prambanan yang kokoh indah itu. [ Versi
Legenda
: Konon pada zamannya di daerah Prambanan ada dua buah kerajaan Hindu :
Pengging dan Boko, Kerajaan Pengging sedemikian subur makmurnya dengan rajanya
Prabu Damar Moyo berputra Raden Bandung Bondowoso. Kerajaan yang satunya
merupakan kerajaan bawahan yakni kerajaan Kraton Boko dengan rajanya Prabu Boko
berputri cuantik jelita bak bidadari bernama Putri Loro Jonggarang, merupakan
seorang gadis/putri yang tinggi jangkung. Suatu hari yang telah direncanakan
Prabu Boko membrontak, untuk memadamkan pembrontakan dibebankan kepada Raden
Bandung Bondowoso oleh ayahandanya. Apes bagi para pembrontak Raden Bandung
Bondowoso dengan kesaktian dan kedigjayaannya dapat membinasakan Prabu Boko.
Sisa-sisa pasukannya di kejar hingga ke kraton Boko. Atas kehendakNya
berjumpalah Raden Bandung Bondowoso dengan Si Putri Jangkung yang cuantiks, dan
akhirnya ada yang jatuh. Raden Bandung Bondowoso ingin mempersunting Putri Loro
Jonggrang sebagai istri. Namun lamarannya ditolak, karena Sang Pangeran telah
membunuh ayah Sang Putri. Tapi pada
akhirnya, Putri Loro Jonggrang mau diperistri dengan dua syarat. Pertama agar
Si Putri Jangkung dibuatkan sumur jalatunda, dan yang ke dua agar Sang Putri
dibuatkan 1000 Candi dengan patungnya dalam semalam. Raden Bandung Bondowoso
menyanggupi kedua syarat berat itu. Dikisahkan sumurpun telah selesai dibuat,
setelah diperiksa oleh Putri Loro Jonggrang maka Sang Putri menyuruh Raden
Bandung Bondowoso masuk ke dalamnya, lalu Si Putri Jangkung memerintahkan
patihnya untuk secepat mungkin menimbun sumur dengan batu.Perkiraan Sang Putri
dan patihnya, bahwa Raden Bandung Bondowoso telah tewas, namun Tuhan
berkehendak lain Sang Pangeran bersemadi, dan keluar dari sumur jalatunda
dengan selamat segar bugar menemuni Si Putri Jangkung. Persyaratan yang
keduapun di minta oleh Putri Loro Jonggrang, singkat ceritra Raden Bandung
Bondowoso meminta bantuan para mahluk halus / jin (teman dan saudaranya). Akan
tetapi di pihaknya Putri Loro Jonggrang
ingin menggagalkan usaha Bandung Bondowoso untuk mewujudkan 1000 candi dalam
semalam. Maka diperintahkanlah kepada semua gadis di sekitar Prambanan untuk
menumbuk padi dan membakar jerami, agar seakan-akan fajar telah menyingsing,
dan ayam berkokok. Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi, maka para
jin berhenti membuat candi, dan melaporkan kepada Raden Bandung Bondowoso bahwa
jin tidak bisa meneruskan membuat candi, yang kurang lagi satu karena pagi
telah tiba. Namun firasat Raden Bandung Bondowoso mengatakan pagi sejatinya
belumlah tiba, maka dipanggillah Putri Loro Jonggrang disuruh menghitung candi
berikut patungnya, ternyata jumlahnya baru Sembilan ratus sembilan puluh sembilan
buah, jadi kurang satu candi.Dengan demikian Si Putri Jangkung tidak mau
dipersunting Raden Bandung Bandowoso, sadar telah ditipu maka Raden Bandung
Bondowoso marah besar/murka. Atas kehendakNya kata-kata Raden Bandung Bondowoso
menjadi kutukan nan mumpuni “ Hai Loro Jonggrang, candi kurang satu untuk
menjadi genap seribu, engkaulah orangnya” Keajaiban nyata saat itu, Putri Loro
Jonggrang berubah wujud menjadi arca/patung batu yang tinggi. ]
{ Versi Sejarah : Candi Prambanan, merupakan sekelompok percandian Hindu yang dahulu dibangun oleh para dinasti Sanjaya di abad ke 9, dan ditemukan kata Pikatan pada candi, pendapat yang satu ini ada benarnya, bahwa candi candi itu dibangun oleh Rakai Pikatan yang pada akhirnya dituntaskan oleh Rakai Balitung, disebut sebagai manifest politik, demi meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar di eranya.Tentang Candi/Kraton Boko, sedemikian besar bedanya dibandingkan bangunan-bangunan candi yang lain sesamanya dan lebih mengesankan sebuah kraton/istana raja. Amat dipercaya, Bala Putra Dewa dari dinasti Syailendra yang beragama Budha mendirikannya di abad 9, sebagai benteng pertahanan nan strategis terhadap Rakai Pikatan (legenda : merupakan istana Ratu Boko ayah Loro Jonggrang/Putri Jangkung). }
{ Versi Sejarah : Candi Prambanan, merupakan sekelompok percandian Hindu yang dahulu dibangun oleh para dinasti Sanjaya di abad ke 9, dan ditemukan kata Pikatan pada candi, pendapat yang satu ini ada benarnya, bahwa candi candi itu dibangun oleh Rakai Pikatan yang pada akhirnya dituntaskan oleh Rakai Balitung, disebut sebagai manifest politik, demi meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar di eranya.Tentang Candi/Kraton Boko, sedemikian besar bedanya dibandingkan bangunan-bangunan candi yang lain sesamanya dan lebih mengesankan sebuah kraton/istana raja. Amat dipercaya, Bala Putra Dewa dari dinasti Syailendra yang beragama Budha mendirikannya di abad 9, sebagai benteng pertahanan nan strategis terhadap Rakai Pikatan (legenda : merupakan istana Ratu Boko ayah Loro Jonggrang/Putri Jangkung). }
Nb : pada bagian tertentu Candi memakai
perekat yang bernama bajralepa/sejenis
semen kuno.
No comments:
Post a Comment