Wednesday, December 18, 2013

Banten Jerimpen



Ada Agama Hindu, ada juga sarana baktinya sebagai alat yang dipakai menghormati  dan mengakui keberadaanNya. Dalam hal ini khususnya warga Hindu tanah Bali memiliki suatu jenis kebudayaan yang adi luhung namanya banten (bebantenan). Selain sebagai sarana upacara keagamaan bantennya uamat Hindu Bali terlihat indah makanya menarik, selain bunga dan janur (busung) bahan utamanya model variasinya juga bervariatif, bukti nyata pembuat (para seratinya) kreatif inovatif, makanya banten umat Hindu juga indah. Senang dan tyada pernah segan dan jemu mata untuk memandanya. Diantara nama bebantenan itu ada yang disebut : gebogan, teenan, sesayut, segehan, canang (berbagai jenis canang), dll. Ada juga yang namanya “ banten di wakul / banten jerimpen “



Jerimpen berasal dari dua suku kata yaitu: jeri dan empen. Jeri berasal dari kata Jari dan empen dari kata Empu. Dari kata jari menjadi asta (Asta Aiswarya) yang diartikan delapan penjuru dunia, sedangkan empu berarti Sang Putus (Maha Suci), diilustrasikan sbg Sang Hyang Widhi, krn Sang Hyang Widhilah yg mengatur dan memutuskan sgl yg ada di alam semesta.




Dengan demikian banten jerimpen adalah merupakan simbol permohonan kehadapan Tuhan beserta manifestasiNya (Asta Aiswarya) agar Beliau memberikan keputusan berupa anugrah baik secara lahiriah maupun bathiniah.

Oleh karena itu jerimpen selalu dibuat dua buah dan ditempatkan di sampng kanan dan kiri dari banten lainnya, memakai sampyan windha (jit kokokan), windha berasal dr kata windhu yg artinya suniya, dan suniya diartikan Sang Hyang Widhi.

Dua buah jerimpen mengandung maksud dan makna sbg simbol lahiriah dan bathiniah.
Dalam penataannya jerimpen mengikuti konsep tatanan; kanistama, madyama dan uttama. Dalam tatanan upakara yang kanistama susunannya lebih sederhana dengan dialasi dulang kecil/sesenden dengan sampyan nagasari. Tapi dalam tatanan upakara madyama dan uttama biasanya bentuk banten jerimpen ini memakai keranjang jerimpen (badan) dan memakai sampyan windha (jit kokokan).


Sumber : sebuah status FB, akun  Yan Gunayasa,

No comments:

Post a Comment