Thursday, February 7, 2013

Sejauh kraton Yogyakarta masih ada (budaya)


Kita semua senang dengan yang namanya seni, dan mungkin banyak orang yang setuju untuk selalu melestarikan segala yang berupa seni, walau tidak bagi semua orang. Yang namanya seni itu umumnya berupa barang / benda yang nampak di depan mata. Diantara sekian banyak yang namanya barang seni, di zaman modern ini ada barang seni yang agak langka, dan tidak boleh asal buat. Kereta demikian nama barang seni itu, ya “Kreta Kraton”.

Keberadaan antara kereta  dengan masyarakat Yogyakarta, khususnya kraton Yogyakarta serasa tidak terpisahkan. Sejauh kraton Yogyakarta masih ada, pastilah kreta tetap dilestarikan. Sebelum sebuah kereta itu dibuat, mesti diawali dengan upacara dan puasa, untuk mencari hari baik dan juga mohon agar diberi kekuatan dan keselamatan selama pengerjaan. Kereta itu pusaka, apapun keadaannya tidak bisa dibuat main-main, apalagi asal jadi. Setiap sebuah kreta yang siap untuk dikirim, selalu ditutup dengan ungkapan doa oleh pembuatnya, sebagai bentuk ucapan terima kasih dan mohon agar kreta itu tetap mendatangkan berkah. Ungkapan doa diwujudkan dalam upacara kenduri. Bagi pembuat kreta kraton, membuat kreta bukan untuk mencari harta, namun untuk mencari ketentraman jiwa. Baginya membuat kreta sekedar melestarikan warisan yang ditinggalkan pendahulunya. Kreta itu sudah menjadi bagian dari budaya Jawa terutama bagi kraton Yogyakarta.—

Sumber  > koran pak oles, 1-15 januari  2013.-

No comments:

Post a Comment