Saturday, September 8, 2012

Sepenggal Cerita



BANDESA MANIK MAS


            Ana wakianira Sri Aji Kepakisan, saking jinem rum. Kamu kita Krian Ularan, langgana ta kita wani amejahaken kakangku, ana pratidnyan ulun ring kita kamu. Mangke kita tan wenang umarek jengku, dosanta agung ring aku, mrawasa makik sirah kakangku Sri Aji Pasuruan. Ana pua wehku ring kita wadua satak. Sawah wit satak Matilar pua kita Mangke. Ki Bandesa wastu ta kita anama Ki Pangeran Desa manik Mas.
Catatan
1. wakia, perkataan, pengandikan
2. jinem, kamar tidur
3. rum, undah, harum
4. langgana, melawan, membangkang
5. amejahaken, membunuh, asal katanya pejah, mati
6. pratidnya, janji, sumpah penugasan
7. umarek, nangkil, asal kata parek : dekat
8. mrawasa, menguasai
9. makik (?), barangkali meninggal
10. matilar, pergi, meninggalkan
11. wastu, pasti atau mengharuskan sesuatu akan terjadi

*

            Muah ana panugrahanku ring kita, wadua satus, sawah wit satus, muh sakulagotranta wekasan, tan tan keneng panyingga urip pati, yan gung dosa buat pati tinundungmadia dosa sinampura. Saika panugrahanku lawan sanakta I Pangeran Pasek, tunggal panugrahan, sang Sri Aji KresnaKepakisan ring I Gede Pasek, teka wenang katama katemu ring sakulagotrane, I Gede Bendesa Manik Mas.
Catatan
1.   Pinjing (?), apa barangkali seharusnya panjing, yang artinya: sesuatu yang masuk, pinanjingan, memasuki. Dalam Babad Bali Agung diuraikan tentang panugrahan Sri Aji Kepakisan kepada Ki Patih yang diusir ini sebagai berikut :Seketurunanmu tidak boleh kena hukuman mati. Sebesar apapun dosanya hanya boleh diusir. Demikian pula kekayaanya tidak boleh dijarah dimasukkan menjadi harta raja/kerajaan. Hal yang terakhir ini disebut kapanjing. Diceritakan hal itu terjadi, bila seseorang tidak mempunyai lagi anak laki untuk meneruskan keturunannya.
2.  tan keneng pinjinga urip pati, dalam Babad Bali Agung diartikan sebagai, tidak boleh kena hujuman mati.
3.  katama, dikuasai atau dijalani sepenuhnya, tamat mempelajari, asal katanya tama, masuk, mempelajari dalam-dalam.

*

Wekasan sira ngawe umah, ring Sweca Linggapura, ngaran ring Jero Kuta, loring Puri Agung nganca wong rong atus. Sira ta ing Pangeran Mas, maka paraning Desa Gelgel, kinon de Sri Aji Bali. Dibia wredi Santana sira.
Catatan
1. wekasan, kemudian pada akhirnya
2. lor, utara
3. nganca, ngamancanin, jadi manca
4. sira ta ing Pangeran Mas, maka paraning Desa Gelgelkinon de Sri Aji Bali, kalimat ini masih kurang jelas maksudnya.
5. para, menuju, mendekat sangkan paran asal dan tujuan
6. kinon, disuuruh asal kata kon; kumon, menyuruh
7. dibia, hebat, indah, mempesona
8. wredi, sejahtera, makmur, dibia wredi sntana, sim sudah beranak pinak, sudah banyak keturunannya.
9. Menurut Babad Bali Agung, pengusiran ini terjadi sekitar th.1358, yaitu setelah lim belas tahun (1343-1358) Ki Patih Wulung menjabat Patih di Bali Madia. Namun ada perbedaan sedikit dengan Babad dar Mundeh ini beberapa cuplikannya. Demikianlah mulai tahun 1358 itu Ki Patih Wulung pindah ke Bali tengah.(bukan ngawe umah ring Sweca Linggarpura) dengan nama Kyai Gusti Pangeran Bandesa Manik Mas. Pengusiran itu tentu tak menyenangkan  Ki Patih, dan waktu ia meninggalkan Gelgel sempat mnyumpah : Moga-moga kita makabehan maring engke karo mangko tan weruha ring sukmaning ayuning karman warganta. Keluarga dari semua Pusaka, yang didapatnya dari Sri Ratu Tribuana Tunggadewi dan Patih Gajah Mada, lalu dibawanya ke Bali Tengah. Salah sebuah pusaka atau Duwung itu, berupa permata bernama Nawa Ratna, yang dipercaya sebagai pembawa kesejahteraan dan perdamaian. Tetapi karena pusaka ini pula, lalu pecah perang dengan Sukawati, pada ekitar tahun 1750, Pada masa awalnya.  Bali Tengah diceritakan sebagai mengalami kemajuan pesat, sehingga nama tempat itupun dikenal  Bumi Mas (desa Mas sekarang).sesuai dengan nama penguasanya.

*

Kalisengara di Bumi Gelgel >

Gumanti kang gosana prapta gumanti kang Bali Madiapura, kreta yuga muang kali. Dane I Gusti agung makadi I Gusti Kaleran, manca ping arep ring Gelgel. Dane I Gusti agung gosana widi, tungkas ring Sri Aji Kresna Kepakisan. Kaekapraya ka Karangasem, ring dane I Gusti Lanang Jungutan, I Gusti Panaraga, makadi I Gusti Batanjeruk, santanan I Gusti Latra (?), kalih I Gusti Ngasibatan. Ika sami tungkas ring Ida dalem Tur Sampun puput gosana, saha upasaksi ring Bukit Tabih, praya angrusak si sang amuter Bali.
Catatan
1. gosana, pengumuman, perintah, panggilan
2. prapta, dating
3. gosan wiadi, bertengkar
4. kaekpraya, diajak bersepakat, dibujuk
            Pemutus ipun Ida sang Aji Bali keneng upaya, gosana pangindrajala, katurin Ida lunga ka basakih, ngaksi kayangan ing Bali. Ida Sri Aji Bali, tan weruh ring raga kena pangindrajala, tur sampun kaula Karangasem, prayatna saha sikep, saha ngrusak Sang Aji Bali.
Catatan
1. Gosana, pangindrajala, tipu muslihat
2. prayatna, siaga

Apa wasananing titah, tretasangara kalpa, tumitah prabu kataran, wastu karempeng Ida sang aji Bali, raju binasta, raris kakrangasem, Ida sang aji Bali, ring prade saliran panagara Karangasem, Tan kaitung iringan Ida Dalem pada kapralaya. Sesaning mabasta, ana amrih laku.
Catatan
1. wasananing titah, pada akhir titah widi
2. tetra (bukan treta), salah satu kurun jaman besar dari Brahmayuga(4.320.000 tahun). Brahmayuga terdiri dari empat jaman yaitu; Kertayuga(Satiayuga), Tetrayuga, Dwaparayuga, dan Kaliyuga (Jaman sekarang ini) yang konon berlangsung 432.000 tahun).
3. sangara, malapetaka, musibah,kadurmangalan
4. kalpa, kurun jaman besar
5. kalaran, kasengsaraan
6. karempeng(?), rempah, rempuh, rempuk, ini berarti hancur, lebur, binsa, karempuh, dibinasakan
7. raju, raris
8. binasta (?), kalau brasta berarti jatuh, gugur, hilang, mati, punah, ambrastaken, menghancurkan, sasaning mabrasta, yang masih hidup
9. pralaya, hancur, binasa
10. amrih laku, biasanya dikatakan , amurang laku, artinya magedi saparan-paran, satiba paran, tan wering laku, ngutang-utang awak.

*

Sing bakti sing tresna pada binasta, luir gedah dawuh ing sila, sawong ing Gelgel agung alit, nista, madia utama, pada amrih urip. Matilar ring nagara Gelgel, nyakra lakunia kabeh.
            Kala ring dina wrespati wage wara tolu, titi kresnapaksa ping 6, nuju sasih kasa, rusak bumi Gelgele.
Catatan
1.  sing asal, sing bakti, asal masih setia
2.  gedah, lumur gelas atau lainnya dari bahan kaca
3.  dawuh, jatuh
4.  sela (bukan sila), batu; jadi Selemadeg sama dengan Batumadeg
5.  sawong ing, semua manusia di
6.  amrih urip, mabudi hidup (yang ini memang benar amrih)
7.  matilar, meninggalkan
8.  anyakra, amuter, memerintah; sebaiknya disini dipakai anyatur desa lakunia, perginya kesegala penjuru
9.  kresnapaksa ping 6, pangelong ping 6, untuk menyatakan tanggal dipakai  suklapaksa
10.Berikut ini disampaiakan beberapa catatan dari Babad Bali Agung, untuk perbandingan Kali Sangara di Gelgel, ini kira-kira terjadi pada akhir abad ke-17, yang berakhir dengan pergantian kekuasaan  Yang kemudian naik tahta di Gelgel adalah Patih Agung Widia, dengan gelar Gusti agung Maruti. Beliau berkuasa dari th 1686 sampai 1705(ada juga ditulis 1710 ?).

11. Kalau saat itu kita melihat ke Mas yang berkuasa pada saat itu adalah Ki Pangeran Bandesa manic Mask e V, jadi keturunan limang undag, dari Ki Patih Wulung (Ki Gusti  Pangeran Bandesa Manik Mas, yang pertama).yang pada tahun 1358 (lebih dari 300 tahun sebelumnya) diusir dari Gelgel.
12.Kali Sangara di Gelgel itu diawali dengan pemrontakan oleh Paman dalem yang bernama I Dewa Anggungan, dibantu oleh para Arya dan I Gusti batanjeruk,  I Gusti Batanjeruk kemudian tewas dan I Dewa Anggungan menyerah Namun pembrontakan-pembrontakan kecil masih berjalan terus. Kemudian dalem Di Made(raja waktu itu masih keturunan Kresna Kepakisan), memerintah kurang bijaksana. Sampai kemudian timbul kerajaan-kerajaan kecil didalam kerajaan Gelgel. Pada saat itulah kemudian I Gusti gung Maruti mengambil alih kekuasaan. Beliau ini adalah keturynan Kresna Kepakisan , yang berkuasa di Gelgel selama 19 tahun.Jadi Bumi Gelgel ternyata tidak rusak yang terjadi adalah Dinasti Kresna Kepakisan dig anti oleh Dinasti Arya Kepakisan. Demikian tambahan.
13.Bumi Gelgel jatuh, ketika Ida agung maruti dikalahkan oleh Ida Agung Jambe, dam melarikan diri ke Kapal(tahun 1705 atau 1710 ?)Apa ini ama dengan wrespati wage wara tolu Kresnapaksa pang 6, sama sekali tidak jelas,  Ida Agung jambe kemudian memindahkan  kota kerajaan ke kelungkung.

*

 Muah cinaritakena I Gde Bendesa Manik Mas, pada matilar ring desani kabeh, cinaritakena I bendesa Manik Mas, sah saking panagara Gelgel anuju desa Mundeh, Kaba-kaba katekeng ruang sanaknia. I gede Kabayan, I gede Nyarikan Sampun lama sira ring Mundeh, pada kueh santanania awangun pariangan. Kawitania ingaran pura Panti muang Pibon.
Catatan >>

1. matilar ring desani, mestinya matilar saking desania, pergi dari desanya.
2. sah saking panagara Gelgel
3. Membaca Baba dada sulitnya, karena kebanyakan keturunan Ki Patih Wuung Memakai  nama Bendesa manik Mas. Jadi akan timbul pertanyaan Bendesa manik Mas yang mana ini ?
4. Diuraikan diatas tentang perginya Bandesa Manik Mas dar Gelgel. Menuju Mundeh ini menimbulkan pertanyaan. Bandesa Manik Mas yang mana yang dimaksud ? Sesuai dengan yang diuraikan dibagian lain . KGP Bandesa manik Mas  I (atau Ki Patih Wulung), diusir dari Gelgel oleh raja pada tahun 1358. Beliau menuju Bali tengah dan tempat itu kemudian menjadi Bumi Mas.Desa Mas yang sekarang. Kali sangara di Gelgel yang diceritakan diatas terjadi krang lebih tahun 1686, pada saat itu di Bumi Mas berkuasa KGP Bandesa Mas V. Jadi dapat diperkirakan bahwa bandesa Manik Mas yang seelah kali sangaradi Gelgel tahun 1686 pergi ke Mundeh. Adalah dari salah satu sentana.yang  pada tahun 1358 tidak ikut eksodus (pindah besar-besaran),  ke Bali Tengah. Bersama ki Patih Wulung(KGP Bandesa Manik Mas I), Dalam kurun waktu yang panjang, sejak tahun 1358 itu, keluarga besar bandesa manic Ma situ mungkin saja memang telah menyebar kemana-mna. Misalnya;  Sekitar tahun 1500,  ada Santana Bandesa Manik Mas  yang mendesain di Gading Wani, Jembrana. Saat danghyang Dwijendra mengadakan Darmayatra ke bali. Di Bumi Mas pada saat itu sedang berkuasa KGP Bandesa Mas II.

5.Ada Eksodus lain yang perlu dicatat, yaitu yang terjadi  1760, Pada waktu itu terjadi perang antara kerjaan Sukawati dengan kerajaan Mas.  Dalam pertempuran di daerah nambenan,  KGP VI tewas. Pasukan Mas, keluarga Bandesa Manik Mas, dan penduduk melarikan diri amurang laku. 

6.Dalam Babad disebutkan, para pengungsi itu terdampar di sejumlah desa, misalnya; Peliatan, tengkudak, Bedulu, Tampak siring, Banli, jagaraga, Banyuning, Kubu tambahan, Tanah tinggi, lotunduh, Kangetan demayu, Baturiti, Kapal,  Mengui, Bringkit, Kaba-kaba, Kediri, Tabanan, Lukluk, Yeh Embang, gading wani, Negara, blahbatuh, Keramas, Kelungkung, Karangasem, Nusa penida, Lombok, Padang,  Babandem, sanur, Kayumas, Kesiman, Tegal, Jimbaran Pedungan.


7.Diceritrakan pula bahwa, pelarian itu menyamar, tidak berani memakai nama Mas, Kebanyakan memakai nama tempat  yang menjadi tempat tinggalnya, , misalnya Keliki, Buringkit, Taro, Negara, Pedungan, Nyalian, dsbnya Kemudian ada soroh Keliki, Buringkit dan soroh Taro.



RUNTUHNYA BUMI MAS


Tahun 1760 bumi Mas diserang oleh Sri Aji Maha Sirikan dari kerajaan Sukawati, karena raja Sukawati itu menginginkan Pusaka Majapahit yang disimpan di Bumi Mas. Peperangan terjadi di pesawahan, yang kemudian disebut perang Nambenan. Ki Bandesa Manik Mas VI, gugur dalam pertempuran itu. Para Brahmana Mas. Prati Santana Bandesa Manik Mas, rakyat, tua muda, besar kecil, semua lari menyingkir amurang laku. Demi keamanan masing-masing, mereka menanggalkan sebutan Bandesa Manik Mas, dan tidak menceritakan asal usul dirinya, bahwa mereka berasal dari Mas. Dalam  pengungsiannya itu, mereka sampai ke Tengkulak, Bedulu, Tampak Siring,Gentong, Pujungan, Buleleng, Bon Dalem, Banyuatis, Banyuning, Kubu Tambahan, Git-Git, Baturiti, Candi Kuning, Mengui, Kapal, Kaba-Kaba, Negara, Yeh embang, Badung, Kepisah, Pedungan, Padang, Kelungkung, Karangasem,  Nusa Penida.


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini