Monday, August 27, 2012

Upacara Nunas Yeh bu

Bukan Pulau Dewata namanya jika tidak kaya budaya, bukan paradise island julukannya jika tidak menarik dan menyenangkan ( ada perasaan penasaran ) bila belum pernah menginjakkan kaki di tanah Bali yang dominan warganya beragama Hindu. Kitapun semua tahu bahwasanya Hindu itu identik dengan kaya budaya, kaya tradisi, kaya mitos, dan yang lainnya yang selalu mengundang  penasaran (ingin tahu gituw). Ada suatu tradisi di tanah Bali, tradisi itu namanya upacara kepus puser /kepus pungsed (bhs Bali), upacara ini juga disebut  "metelah-telah/nunas yeh bu"      >>

Makna Upacara
 Sejatinya, upacara ini bermakna ganda yakni (i) berakhirnya masa tugas sang Catur Sanak yang telah melindungi dan menjaga bayi secara lahir, dan (ii) Masuknya kekuatan spiritual Sang Catur Sanak kedalam tubuh si bayi secara batin dan memohon kesucian, keselamatan kepada Hyang Widhi agar hidupnya tercapai. Dan sebagai tanda ikatan, bayi memakai gelang benang ditangannya.

Adapun yang menjadi sarana pembersihan dalam upacara ini yakni;
-  Banten penelaahan: beras kuning dan daun dadap.
-  Banten kumara; nasi putih kuning, beberapa jenis kue, buah-buahan, canang, lenga wangi, burat wangi, dan canang sari.
-  Banten labaan; hidangan berupa nasi lengkap dengan lauk-pauknya.
-  Segehan empat buah dengan warna merah, putih, kuning, dan hitam yang masih-masingnya berisi bawang, jahe dan garam.


Pelaksanaan Upacara Kepus Puser ini diadakan di dalam rumah, terutama sekali di areal dimana bayi itu tidur. Yang menjadi pemimpin dalam Kepus Puser ini ialah sesepuh dari keluarga yang bersangkutan atau orang tua si bayi sendiri.

Proses Upacara Kepus Puser ini adalah sebagai berikut:

- Puser bayi yang telah lepas dibungkus dengan kain putih lalu dimasukkan ke dalam “ketupat kukur” (ketupat yang berbentuk burung tekukur) disertai dengan rempah-rempah seperti cengkeh, pala, lada dan lain-lain, digantung pada bagian laki dari tempat tidur si bayi.
- Dibuatkan kumara (pelangkiran) untuk si bayi, tempat menaruh sesajian.
- Di tempat menanam ari-ari dibuat sanggah cucuk, di bawahnya ditaruh sajen segehan nasi empat warna, dan disanggah cucuk diisi dengan banten kumara
- Berdoa kepada Sang Pencipta (Tuhan Yang Maha Esa), memohon keselamatan agar kehidupan si bayi kelak memperoleh keseimbangan secara lahir  maupun batin dan menjadi orang yang berguna.

Sumber  >>  http://bali.panduanwisata.com

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini