Sudah sedemikian lumrahnya bahwasanya yang disebut awatara itu sampai turun ke dunia adalah lantaran dunia ini sudah tidak aman, yang namanya dharma kalah oleh adharma. Turunlah titisan Dewa Wisnu sang penyelamat ke dunia mengambil wujud manusia, menyelamatkan kehidupan manusia dari penindasan serta kekejaman aneka sifat manusia yang telah berubah jadi sifat raksasa/denawa. Semua sifat raksasa itu muncul diawali dari tumbuh suburnya sad ripu pada pikran seseorang pangkalnya adalah loba serta tamak kikir.
Hindu itu memang unik, untuk sebutan (nama panggilan) yang dianggap suci menyediakan lebih dari satu nama, riil ada ; Awatata, Dewa, dan Batara. Ketiga jenis nama panggilan itu difahami diyakini merupakan suatu kewajiban yang mutlak mesti ditanamkan pada setiap insan umat Hindu. Seluruh jajaran penganut Hindu sepakat untuk melestarikan agama Hindu secara utuh menyangkut keyakinan juga serada bakti kehadapan Awatara, Dewa, juga Batara. Astungkara Hyang Widi berkehendak. Awatara itu adalah perwujudan dari Dewa Wisnu (pemelihara) yang turun ke dunia untuk menegakkan kembali dharma, dari tantangan Adharma dengan perwujudan tertentu sesuai situasi kondisi pada saat tersebut. Khususnya berupa penyelamatan umat manusia dari cengkraman bahaya. Awatara berasal dari kata : Awa yang artinya bawah, dan tara yang artinya menyebrang/menjelma. Dewa artinya sinar suci dari Hyang Widi, yang fungsinya untuk menyinari semua mahluk hidup di alam semesta ini. Kata Dewa itu berasal dari kata Div artinya sinar (bersinar) , jadi Dewa artinya sinar suci dari Hyang Widi. Adapun fungsi dari Dewa itu adalah untuk menyinari semua mahluk hidup di alam maya pada ini agar berintegrasi antara satu dengan yang lain, hingga ujungnya agar dapat berkembang. Lebih lanjut, kata Batara memiliki arti kekuatan dari Hyang Widi, utamanya sebagai pelindung. Batara berasal dari kata bhatr artinya pemimpin, pelindung. Maka kesimpulannya, batara itu adalah merupakan manifestasi Hyang Widi sebagai pelindung. Pada daerah tertentu walau tidak jamak lazim, batara itu diartikan sama dengan raja, karena seorang raja memiliki tugas sebagai pelindung rakyatnya contohnya Raja Brama Kumbara.
Untuk lebih jelasnya dapat ditegaskan, persamaan dan perbedaan antara : Awatara, Dewa, dan Batara. Kita pake contoh (kita umpamakan) seperti Matahari. Matahari itulah perwujudan dari Hyang Widi, sinarnya matahari sebagai bentuk perwujudan dari Dewa, sedangkan panasnya matahari merupakan kekuatan yang diwujudkan sebagai Batara. Kesimpulan akhir : Awtara, Dewa, dan Batara amat sulit dibedakan hubungannya amat erat dengan Hyang Widi karena Hyang Widi itulah sumber dari segalanya. Astungkara difahami dan bermanfaat utamanya untuk umat sedharma.--
No comments:
Post a Comment