panorama alam Tabanan |
Siapa diantaranya penghuni jagat ini yang tidak kenal nusa
kecil Bali? Bali itu sebuah pulau kecil jika tanah Bali itu ikut digambarkan
pada seluruh bagian wilayah bumi (peta dunia), dia tidaklah lebih merupakan
sebuah noktah, itu riil. Tapi fakta tiada terbantah Bali itu adalah lautannya
berlian, berlian kebudayaan yang bernilai tinggi setinggi nilai berlian.
Keramah tamahan warga tanah Bali telah diakui dunia, Bali nan mungil sejatinya
merupakan ciptaanNya yang sempurna. Walau kecil Bali itu memiliki segalanya,
yang daerah lainnya belum tentu punya. Bali terbagi atas lebih dari delapan
daerah tingkat dua, diantaranya Kabupaten Tabanan yang juga terkenal dengan
julukan Kabupaten Kota Pelangi dan menyandang predikat tenar sebagai lumbung
berasnya Bali.
Tabanan itu memiliki panorama alam nan indah hijau ada di kaki
sebuah gunung berapi aktif Batukaru. Sebagai lumbung berasnya suatu wilayah
tentu ada lahan yang sedmikian bagusnya. Memanglah demikian adanya, lahan
pertanian basah dengan air berlimpah dimiliki Tabanan. Seperti halnya
model-model sawah seantero Bali, semua sawah sedaerah Tabanan bertife
terasering yang nyata-nyata merupakan kesenangan para wisman wisnu. Tidaklah
berlebih kalau dikatakan sebagian besar kakinya
gunung Batukaru yang di wilayah Tabanan, tersulap jadi hamparan tanah pertanian
basah (sawah), yang mana kesemuanya itu melahirkan panorama alam nan mempesona
elok indah.
Dengan kenyataan yang sedemikian itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten Tabanan tidaklah menyia-nyiakan modal yang di anugrahkaNya bagi warga
kabupaten kota pelangi. Pemkab Tabanan senantiasa tanggap, terbukti dengan Yayasan
Somya Pertiwinya menggandeng pihak swasta melakukan sebuah terobosan andal
berupa penerapan teknologi System of
Rice Intensification yang disingkat seperti nama orang kebanyakan yang berwajah
cantik ; SRI yang telah direalisasikan sejak tahun 2008. Agar lebih mantapnya program SRI itu, sejumlah
petani di Tabanan mendapatkan pelatihan utamanya lebih menyasar para petani
tenaga tanam. Terbukti dengan teknologi SRI bisa menghemat benih antara 10 s.d
15 Kg per hektar, jika dibandingkan dengan metode konvensional yang rata-rata
menghabiskan benih 30 s.d 40 Kg per hektarnya.
Di sisi lainnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan teknologi SRI
mampu meningkatkan produktifitas lahan sawah dalam menghasilkan padi lebih dari
30%.
No comments:
Post a Comment