Di Nusa Kecil Bali ritual
keagaman tawur agung kesanga
(ngerupuk/pengerupukan) telah lasim dilaksanakan sehari menjelang nyepi (saat
tilem sasih kesanga). Namun bukan lautan
berlian namanya jika tidak ada hal-hal
yang lain bernilai tinggi setinggi nilai berlian yang di miliki tanah Bali. Di tanah Bali saat
Hari Raya Pengerupukan / usai tawur agung kesanga terkenal nian dengan kegiatan
pawai agoh-ogoh dengan aneka rupa bermotipkan gambaran ribuan wajah buta kala,
segala kreatifitas dan imajinasi para desainer ogoh-ogoh jelas kentara ( mereka
memang cerdas walau nyata faktor pendidikan bukan yang utama).
Tegen-tegenann, contoh serana ritual keagamaan umat Hindu Bali |
Ritual keagamaan Hindu di nusa kecil Bali diantaranya ada memakai serana upacara yang disebut tegen-tegenan. |
Bersamaan dengan saatnya bulan mati
disetiap tahunnya kala sasih kesanga, tanah Bali itu meriah bernuansa relegius keagamaan khususnya nuansa
Hindu. Kesemuanya memperkaya khasanah budaya tanah Bali berbatangkan aneka
ritual keagamaan, rada-rada kebanyakan merupakan ungkapan rasa syukur akan
karuniaNya ( itulah umat Hindu Bali). Riil terjadi di saban tahunnya, ritual
megebek-gebekan godel di tanah Bali bagian utara (Desa Pakraman Tukadmungga
punya tradisi). Ritual yang satu ini merupakan suatu kegiatan memperebutkan
sisa daging godel (anak sapi) yang telah disemblih. Penyemblihan anak sapi itu,
tujuan utamanya adalah sebagai serana upacara (diolah sebagai serana pecaruan
yakni keempat kaki godel dan kepalanya). Saat ritual megebek-megebekan, semua
daging godel yang tersisa diperebutkan oleh masyarakat beramai-ramai. Semua
ritual keagamaan oleh umat Hindu Bali tentu ada makna serta tujuannya, demikian
juga ritual yang satu ini bermakna mempererat persatuan orang bali bilang
“menyama braya”
contoh Tegen-tegenan (lokasi Pura Puseh Durentaluh, Mei 2016) |
contoh Tegen-tegenan (lokasi Desa Pakraman Durentaluh, Mei 2016) |
Kalau di Bali Utara ada acara
megebek-gebekan, kabupaten sejuk Bangli juga punya tradisi yang pelaksanaannya
juga saban tahun kala bulan mati sasih kesanga. Bangli itu hingga ke manca
negara sana keloktah tenar dengan panorama alamnya nan indah mempesona, ada
danau Batur dengan berpagarkan perbukitan yang berlekuk indah. Kintamani dengan
Penelokannya juga ada di kabupaten sejuk Bangli, bukan hanya itu tradisi keagamaan yang
lestari juga dimiliki Bangli. Ngusabha Tegenan demikian namanya, rutin setahun
sekali dilaksanakan oleh warga Desa Pakraman Palaktiying, Desa Landih.
Merupakan suatu warisan yang tetap lestari dan terjaga, di langsungkan di sebuah pura, Pura Dalem
Pingit. Tegen-tegenan demikian nama serana utamanya berupa suatu bentuk beban
untuk para lelaki ( di Bali menggotong beban itu disebut negen, beban digotong
dengan sepotong bambu/kayu di taruh di
depan dan dibelakang ). Bentuk sesaji /upakara tegen-tegenan itu menyerupai
beban seorang laki-laki yang siap menggotong. Bedanya upakara tegen-tegenan
itu, alat menggotongnya adalah sepotong kayu dapdap (kayu sakti), satu ujungnya
berisi tipat kelan (6 buah ketipat) dan ujung satunya diisi aneka buah, jaja
begina, jaja uli dan dilengkapi sampian sejenis canang khusus ( hiasan janur/daun kelapa muda). Malam
harinya, usai tegen-tegenan dihaturkan di Pura Dalem Pingit, semua warga
melaksanakan persembahyangan bersama dilanjutkan acara ngelungsur didahului
ngelungsur tegenan bersama (tegenan desa), dilanjutkan dengan tegenan
masing-masing yang diiringi sorakan bersama. Tegenan bersama ( tegenan desa)
diperebutkan oleh warga/krama di jaba pura. Sedangkan serana tegenan yang paling
mengandung unsur seni yakni sampian (sejenis canang) tidak diperkenankan untuk dibuang, namun
harus di pasang di angkul-angkul lebuh (pintu pekarangan) sebagai pertanda
adanya ritual keagamaan Nyepi/ beratha penyepian. Jenis beratha penyepiannya
sama dengan warga Hindu pada umumnya di nusa kecil Bali, tapi nyepi di desa
pakraman Palaktiying lamanya dua hari. Warga yang melanggar tentu kena sanksi,
biasanya denda 1 kg beras per orang.
Sumber bacaan : majalah bali post 133 & 134.
No comments:
Post a Comment