Berikut
ini adalah salah satu lagi keyakinan umat Hindu khususnya Hindu Bali tentang
adanya hubungan antara atma dengan jiwatman / atman dengan brahman disamping
keyakinan yang telah populer yakni antara badan manusia/mikrokosmos dengan
dunia ini/makrokosmos adalah sama (sama jenis zat pembentuknya). Umat Hindu
meyakini betul bahwa antara atma yang bersemayam dalam badan manusia memiliki
hubungan dengan jiwatman/brahman/ Hyang Widhi yang di puja oleh umat seantero
jagat.
Dalam
bahasa Bali ada yang disebut pabahan/ ubun-ubun, sesuai keyakinan umat Hindu
Bali yang namanya pabahan/ ubun-ubun itu adalah merupakan sebuah pintu, yang
namanya pintu tentulah merupakan tempat keluar masuk. Dalam hal ini yang keluar
masuk adalah roh/ atma seseorang, jelas nampak kelebutan / ubun-ubun yang
berdenyut ketika bayi/kita masih merah dalam artian kecil (sebelum berumur tiga
bulan) dipercaya sebagai Siwadwara
atau ‘jalan Siwa’. Bagian itu dipercaya sebagai jalan hilir mudik atma/roh
kita. Jalan menelusuri jagat batiniah, sampai masuk ke alam Siwa atau alam kesejatian asal muasal kehidupan.
Kepercayaan Hindu yang namanya ubun-ubun itu selalu dijaga kesuciannya agar yang
namanya siwadwara senantiasa terpelihara, dalam kesehariannya saat
metirtha/nunas tirtha tentu ada istilah diurap, yakni membasahi ubun-ubun/siwadwara
dengan air suci agar senantiasa lembek tidak membatu, demi lancarnya roh kita
keluar masuk. Jika kepala/ubun-ubun/siwadwara membatu, merapat, atau tertutup, maka
dipercaya tertutup pulalah hati dan jiwa serta rohani kita. Tidak lagi
terhubung dengan Hyang Widhi, muasal kehidupan, Sangkan Paraning Dumadi. Ungkapan berkepala batu yang mengandung
arti keras tak mau mendengar, jika dihubungkan dengan Siwadwara, ia tak mendengar yang batiniah. Karena itu pulalah
kenapa, sebelum melaksanakan persembahyangan/muspa bagi mereka yang memakai
udeng/destar menuntupi seluruh kepala (termasuk ubun-ubun), hendaknya destar
itu dibukak dengan membuka destar berarti melonggarkan jalanNya. Para orang
Hindu Bali amat menjaga kesucian kepalanya misalnya tidak sembarang orang
diberikan menepak kepalanya, karena ada
pintu Siwa pada ubun-ubunnya.-
No comments:
Post a Comment