contoh : banten peras |
Yang namanya banten itu adalah merupakan serana upacara umat Hindu saat mendekatkan
diri/berhubungan denganNya. Jenisnya lumayan beraneka macam dari tingkatan yang
paling sederhana berupa canang sari hingga banten soroan(esoroh) bahkan banten
yang disebut seperadeg (seperadeg banten ). Diantara sejumlah banten yang
dipergunakan oleh umat Hindu saat melangsungkan upacara ritual keagamaan
diantaranya ada banten yang bernama banten pejati yang bermakna untuk
menyatakan kesungguhan hati umat tentang maksud dan tujuan umat memohon sesuatu
kepadaNya misalnya keselamatan. Dari sekelompok banten yang dipergunakan saat
melangsungkan suatu ritual / aci disamping
banten pejati ada juga banten-banten yang lainnya demi cukup/bisanya suatu
jenis upacara dilaksanakan. Banten itu juga berarti/mepiteges pekahyunan,
pekahyunan itu maksudnya suatu pemikiran tentang apa tujuannya
melaksanakan suatu upacara/aci tertentu.
Umumnya suatu jenis ritual/aci tentu memiliki suatu maksud/tujuan, demi
tercapainya tujuan dimaksud dalam Hindu juga ada banten/sesajennya.
contoh : banten peras |
Diantara jenis/ nama bantennya umat Hindu disamping sebagai
serana untuk menyatakan kesungguhan hati, juga ada banten yang berguna untuk sukses/tercapainya
suatu tujuan umat, banten peras demikian nama banten itu. Banten peras ini
sebagai pelengkap, mempunyai tujuan tertentu utamanya untuk pencapaian suatu
keberhasilan yang diharapkan. Kata “peras” mengandung arti sah / resmi, dengan
demikian penggunaan banten peras ini bertujuan untuk mengesahkan / meresmikan.
Dapat pula diartikan “prasida” yang
berarti berhasil. Dalam Hindu (baca Hindu Bali), suatu kumpulan banten tanpa
berisi banten peras, maka suatu permohonan/aci
diyakini tidak berhasil (tan prasida) , tidak berhasil atau tidak sah.
Contoh riilnya penggunaan banten peras : “ dalam umat Hindu khususnya umat
Hindu Bali ada istilah “nyuang sesangi / mebisama “ tentang permohonan suatu
hal kepada Hyang Kuasa, jika permohonan dikabulkanNya maka umat Hindu wajib
membayar/naur sesangi/bisama tersebut
sesuai dengan apa yang dijanjikan kepadaNya jika permohonan dikabulkan. Saat
memenuhi janji (naur sesangi) itu banten yang dipakai persembahan wajib
dilengkapi dengan banten peras.Untuk nantinya di akhir acara banten peras itu
ditarik bagian tertentunya sebagai tanda telah sahnya umat memenuhi janjinya.
Jika tanpa banten peras, banyak terjadi pembayaran hutang/bisama tidak sah maka
masih dianggapNya berhutang “
No comments:
Post a Comment