Thursday, November 12, 2015

Banten Peras




contoh : banten peras

Yang namanya banten itu adalah merupakan  serana upacara umat Hindu saat mendekatkan diri/berhubungan denganNya. Jenisnya  lumayan beraneka macam dari tingkatan yang paling sederhana berupa canang sari hingga banten soroan(esoroh) bahkan banten yang disebut seperadeg (seperadeg banten ). Diantara sejumlah banten yang dipergunakan oleh umat Hindu saat melangsungkan upacara ritual keagamaan diantaranya ada banten yang bernama banten pejati yang bermakna untuk menyatakan kesungguhan hati umat tentang maksud dan tujuan umat memohon sesuatu kepadaNya misalnya keselamatan. Dari sekelompok banten yang dipergunakan saat melangsungkan suatu ritual / aci  disamping banten pejati ada juga banten-banten yang lainnya demi cukup/bisanya suatu jenis upacara dilaksanakan. Banten itu juga berarti/mepiteges pekahyunan, pekahyunan itu maksudnya suatu pemikiran tentang apa tujuannya melaksanakan  suatu upacara/aci tertentu. Umumnya suatu jenis ritual/aci tentu memiliki suatu maksud/tujuan, demi tercapainya tujuan dimaksud dalam Hindu juga ada banten/sesajennya.


contoh : banten peras

Diantara jenis/ nama bantennya umat Hindu disamping sebagai serana untuk menyatakan kesungguhan hati, juga ada banten yang berguna untuk sukses/tercapainya suatu tujuan umat, banten peras demikian nama banten itu. Banten peras ini sebagai pelengkap, mempunyai tujuan tertentu utamanya untuk pencapaian suatu keberhasilan yang diharapkan. Kata “peras” mengandung arti sah / resmi, dengan demikian penggunaan banten peras ini bertujuan untuk mengesahkan / meresmikan. Dapat pula diartikan “prasida”  yang berarti berhasil. Dalam Hindu (baca Hindu Bali), suatu kumpulan banten tanpa berisi banten peras, maka suatu permohonan/aci  diyakini tidak berhasil (tan prasida) , tidak berhasil atau tidak sah. Contoh riilnya penggunaan banten peras : “ dalam umat Hindu khususnya umat Hindu Bali ada istilah “nyuang sesangi / mebisama “ tentang permohonan suatu hal kepada Hyang Kuasa, jika permohonan dikabulkanNya maka umat Hindu wajib membayar/naur  sesangi/bisama tersebut sesuai dengan apa yang dijanjikan kepadaNya jika permohonan dikabulkan. Saat memenuhi janji (naur sesangi) itu banten yang dipakai persembahan wajib dilengkapi dengan banten peras.Untuk nantinya di akhir acara banten peras itu ditarik bagian tertentunya sebagai tanda telah sahnya umat memenuhi janjinya. Jika tanpa banten peras, banyak terjadi pembayaran hutang/bisama tidak sah maka masih dianggapNya berhutang “

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini