Dalam lontar lontar yang di pakai acuan oleh umat Hindu dalam
menjalankan keyakinannya kata Sanggah itu diartikan sama dengan kata sanggar.
Kemulan, berarti permulaan atau asal, kawit dan sangkan. Kemulan, dari kata
mula, dalam bahasa Bali ada kalimat : mulaning dadi/ asal mula penjelmaan.Lalu,
siapakah yang menjadi asal mula penjelmaan itu ? Tentu jawabnya adalah Ida
Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Segalanya, karena Beliaulah asal mula dari
segala yang ada.Selanjutnya kata : Rong, dari kata : ruang, disandikan jadilah
kata : rong, dan kata : telu artinya
tiga dalam bahasa bali, tidak lain adalah menunjuk pada jumlah ruangan/rong
pada bangunan sanggah kemulan tersebut.
Sanggah Kemulan, pada salah satu merajan Panti di kabupaten Tabanan Bali |
Walau tidak semua orang tahu namun yang namanya fungsi sanggah atau pemerajan
adalah untuk memuja roh/arwah suci para leluhur yang telah memasuki alam
kedewaan/Sidha Dewata, dengan sebutan
”Dewa Pitara”/Hyang Pitara Pitari dengan asumsi yang namanya leluhur itu
ada laki juga perempuan. Memuja arwah para leluhur tentulah ada faedahnya yakni
: agar pratisentana (keturunannya) dapat menyembah roh suci leluhurnya. karena
amat besarlah pahala orang yang bhakti kepada leluhurnya. Kalau kurang bhakti
kepada leluhur, apalagi tidak mensthanakan di Kamulan, maka sudahlah tentu kesengsaraan hiduplah yang akan dialami, juga
sudahlah tentu akan diumpatlah keturunan
dan keluarganya, semuanya tertimpa penyakit, disakiti oleh Dewa Pitaranya.
Itulah menyebabkan datang penyakit yang aneh-aneh dan tidak bisa diobati
menurut ketentuan usada. Muncul penyakit ajaib, tingkah laku yang tidak patut,
gila-gilaan, hati rusak, ogan, tunggah, ayan, bingung, sakit lemah, murung,
sakit ingatan, sungsung baru dan juga menyebabkan boros kekayaannya habis tanpa
sebab, selalu merasa kurang makan dan minum, sebab telah dirusak oleh Bhuta
Kala, karena selamanya Dewa Pitara tidak mempunyai tempat, atau tempatnya tidak
menentu, karena keturunannya kurang bhakti, kurang pengetahuan, kurang
perasaan, karena hanya tahu merasakan kenyang dan lapar, tidak berjasa pada
diri sendiri dan tidak pula berbhakti kepada leluhur
Untuk diketahui bahwasanya pelinggih utama atau pelinggih pokok di
Sanggah/pemerajan adalah pelinggih Kemulan/rong telu/rong tiga. Dibanyak tempat
khususnya di Bali, pelinggih kemulan itu sebelum di bangun dengan taru mati
(sanggah pepaetan) lazimnya di didirikan dengan memakai tiang/tampul kayu dadap/kayu
sakti, baru kemudian setelah cukup dana dan cocok yang namanya dewasa ayu
barulah diganti dengan sanggah taru mati/sanggah pepaetan. Tidaklah
mengherankan di banyak tempat pada pura pura Puseh walau pelinggih yang lain
semuanya telah permanen/taru mati, pelinggih/pengayatan untuk Betara Hyang
Guru/Sanggah Kemulan yang bertampul kayu dadap sebagai sanggah pokok tetap
terpelihara, sebagai salah satu bukti riil bahwa sanggah kemulan itulah yang
pertama kali di bangun.
No comments:
Post a Comment