Monday, January 14, 2019

Sanggah Kemulan itulah sejatinya Sanggah Pokok


Dalam lontar lontar yang di pakai acuan oleh umat Hindu dalam menjalankan keyakinannya kata Sanggah itu diartikan sama dengan kata sanggar. Kemulan, berarti permulaan atau asal, kawit dan sangkan. Kemulan, dari kata mula, dalam bahasa Bali ada kalimat : mulaning dadi/ asal mula penjelmaan.Lalu, siapakah yang menjadi asal mula penjelmaan itu ? Tentu jawabnya adalah Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Segalanya, karena Beliaulah asal mula dari segala yang ada.Selanjutnya kata : Rong, dari kata : ruang, disandikan jadilah kata :  rong, dan kata : telu artinya tiga dalam bahasa bali, tidak lain adalah menunjuk pada jumlah ruangan/rong pada bangunan sanggah kemulan tersebut.

Sanggah Kemulan, pada salah satu merajan Panti di kabupaten Tabanan Bali

Walau tidak semua orang tahu namun yang namanya fungsi sanggah atau pemerajan adalah untuk memuja roh/arwah suci para leluhur yang telah memasuki alam kedewaan/Sidha Dewata, dengan sebutan  ”Dewa Pitara”/Hyang Pitara Pitari dengan asumsi yang namanya leluhur itu ada laki juga perempuan. Memuja arwah para leluhur tentulah ada faedahnya yakni : agar pratisentana (keturunannya) dapat menyembah roh suci leluhurnya. karena amat besarlah pahala orang yang bhakti kepada leluhurnya. Kalau kurang bhakti kepada leluhur, apalagi tidak mensthanakan di Kamulan, maka sudahlah tentu  kesengsaraan hiduplah yang akan dialami, juga sudahlah tentu akan diumpatlah keturunan dan keluarganya, semuanya tertimpa penyakit, disakiti oleh Dewa Pitaranya. Itulah menyebabkan datang penyakit yang aneh-aneh dan tidak bisa diobati menurut ketentuan usada. Muncul penyakit ajaib, tingkah laku yang tidak patut, gila-gilaan, hati rusak, ogan, tunggah, ayan, bingung, sakit lemah, murung, sakit ingatan, sungsung baru dan juga menyebabkan boros kekayaannya habis tanpa sebab, selalu merasa kurang makan dan minum, sebab telah dirusak oleh Bhuta Kala, karena selamanya Dewa Pitara tidak mempunyai tempat, atau tempatnya tidak menentu, karena keturunannya kurang bhakti, kurang pengetahuan, kurang perasaan, karena hanya tahu merasakan kenyang dan lapar, tidak berjasa pada diri sendiri dan tidak pula berbhakti kepada leluhur
Untuk diketahui bahwasanya pelinggih utama atau pelinggih pokok di Sanggah/pemerajan adalah pelinggih Kemulan/rong telu/rong tiga. Dibanyak tempat khususnya di Bali, pelinggih kemulan itu sebelum di bangun dengan taru mati (sanggah pepaetan) lazimnya di didirikan dengan memakai tiang/tampul kayu dadap/kayu sakti, baru kemudian setelah cukup dana dan cocok yang namanya dewasa ayu barulah diganti dengan sanggah taru mati/sanggah pepaetan. Tidaklah mengherankan di banyak tempat pada pura pura Puseh walau pelinggih yang lain semuanya telah permanen/taru mati, pelinggih/pengayatan untuk Betara Hyang Guru/Sanggah Kemulan yang bertampul kayu dadap sebagai sanggah pokok tetap terpelihara, sebagai salah satu bukti riil bahwa sanggah kemulan itulah yang pertama kali di bangun.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini