Tidak aneh dan bukan berita baru, kalau umat Hindu itu
umat yang terkatagori boros dalam berkorban suci walau itu nyata nyata sebagai
persembahan kepadaNya, bahkan diantara mereka yang yakin kelak saat matinya
akan di sambut oleh tujuh bidadari dengan lantangnya mengatakan bahwa para umat
Hindu itu tidak lebih dari kekelompok orang orang kafir, yang bisa melanjutkan
hidupnya hanya karena terselamatkan oleh suatu kedaan kebetulan bernasib baik.
Umat Hindu itu notabene riilnya merupakan para warga pribumi tanah Bali, maka
disebutlah Bali itu sebagai Majapahit yang terakhir, berbudaya tinggi karena
hampir semua aktifitas keseharian warganya mengandung unsur seni yang diakui
khalayak. Dari sejak nguni dimanapun daerah tersebut, warganya yang meyakini
keberadaanNya sejenis Hindu di Bali kini, tentu berbudaya tinggi “riilnya Maja
Pahit”. Maja Pahit itu sebuah kerajaan kuat seantero jagat mengakuinya,
mengundang keirian di banyak kalangan para pemimpin, namun sejalan waktu dapat
dienyahkan dari muka bumi. Penahhkan para kawan sedharma mendengar kalimat?
; “ Dahulu Maja Pahit yang tangguh itu
saja dapat kita tahlukkan, apa lagi cuma Bali, datangkan saja orang orang kita
kesana suruh tinggal disana, lambat laun pulau kecil itu akan kita kuasai
“ Serasa akan kebenarannya, suatu ketika
nanti tidak terbayangkan akan kelangsungan keberadaan umatNya, yang di sebut
Hindu Bali itu. Umat Hindu Bali itu terkenal dengan gotong royongnya yang
kental keloktah dengan istilah menyama braya, tidak heran ritual ritual
keagamaan dari tingkat rendah hingga tinggi sukses digelar, astungkara memargi
antar.
Tingkatan upakara/serana upacara umat Hindu itu ada
jenjangnya, riil : ada ritual dilaksanakan setiap hari dengan banten saibannya,
ada yang dilaksanakan setiap hari hari tertentu/ saat suatu hari dianggap suci
misalnya purnama tilem, anggara kasih dan yang lainnya, ada saat saat
insidentil misalnya kematian, nikah/wiwaha dsb, dan ada juga yang dilaksanakan
pada waktu waktu tertentu saat pelaksanaannya terencana jauh jauh hari
sebelumnya misalnya piodalan/petirtan pada suatu pura, kahyangan jagat. Semua
serana dan praserana upacara itu dikerjkan dengan iklas berdasarkan
kesucian/keheningan baik kesucian pada diri sendiri atau kesesucian dari bahan
serana upakaranya. Dari lelulur dahulu memang telah di wariskan yang namanya
syarat syarat dalam mempersiapkan perlengkapan serana upacara itu yakni harus
bedasrkan satyam /kepatutan/tattwa, harus berdasarkan kesucian / Siwam, dan
mesti didukung/mengandung unsur seni/indahnya riilnya di setiap canang ada
bunganya yang warna warni, unsur indah inilah di sebut “ sundaram”
No comments:
Post a Comment