Wednesday, February 7, 2018

Desa Belimbing yang bertahan, tapi hingga kapan?




Desa Belimbing, lahan tanah sawah masih tetap lestari, lokasi subak Suradadi

Desa Belimbing, bibit padi yang siap ditanam di sawah orang Bali menamakan "bulih"
Indonesia itu tercakup dalam jajaran negara kepulauan nan subur, agraris  penghidupan rakyatnya itu fakta dari sejak nguni, label inipun tersandang hingga saat NKRI memasuki era reformasi yang kebablasan, niatan hati menghilangkan kolosi nepotisme nyatanya malih rupa menjadi Nulung Kawan-Kawan [ KKN menjadi NKK ], ironis memang. Indonesia itu di era dahulu pernah bergelar macan asia dengan hasil produksi pangan khususnya beras nan melimpah, sempat terekspor.  Mungkin yang namanya  zaman orang Bali bilang “alikan gumi” tidak akan pernah dapat dirubah oleh aneka kebijakan manusia-masia brelien sekali pun. Riil mencuat kepermukaan kenaikan harga beras senantiasa menjadi trending topik  dikalangan semua lapisan masyarakat, walau tidak ngeri amat namun ironis nan meninggi lantaran isu beras merupakan isu nan sinsitif di Nusantaira megah ini. Tidak usah menutupi kenyataan bila kita botak jangan ditutup dengan topi, disaat NKRI dengan bangga menyatakan sebagai negara agraris, tiap tahunnya impor beras tiada terbendung, berusaha ditutupi kekhalayak dengan dengungan speker aktif berwatt tinggi yakni swasembada pangan, lebih-lebih moment pemilihan kepala daerah di NKRI ini berkesinambungan. Kami para rakyat jelata amat memaklumi keadaan/dilema pangan di negeri subur ini  sulit terwujudnya swasembada pangan lantaran beraneka tantangan  diantaranya pengelolaan tanaman padi yang belum prima fit, belum lagi demikian banyak data yang tidak valid di jajaran akar rumput, riil penghitungan luas tanah dan alih fungsi lahan berlangsung seiring waktu maka efek tendensiusnya luas lahan berubah-ubah tidak persis sama dengan tahun sebelumnya, dan ada juga efek cuaca yang ekstrim yang tidak mendukung situasi kondusif pertanian, tapi tolong lapangkan dada “ kepala botak jangan ditutupi topi”

Desa Belimbing tanah sawah itu tetap terpertahankan, lokasi subak Durentaluh

,
Desa Belimbing, tetap sebagai penghasil berasnya Kabupaten Kota Pelangi Tabanan, lokasi Subak Teben Telabah
Desa Belimbing tanah sawah tetap lestari ajeg didukung para petani nan tangguh, lokasi Subak Teben Telabah

Desa Belimbing, para petani desa Belimbing itu adalah para petani trampil tangguh, terlatih dari sejak usia remaja atau muda
Sawah di desa Belimbing, panorama habis tanam padi
Desa Belimbing, penyemprotan padi yang baru usai ditanam, usia padi sekitar dua mingguan
Desa Belimbing,  sawah di desa Belimbing itu luas dan berpanorama indah memukau, jadilah Belimbing itu sebuah Desa Wisata di kabupaten Kota Pelangi Tabanan
Desa Belimbing, panorama alam sawah di desa Belimbing
Desa Belimbing,  pikiran nrgatif tidak akan pernah memberi kehidupan yang positif, itu pati !!

Khususnya Tabanan, kabupaten di Bali tengah itu yang menyandang gelar lumbung berasnya Bali, di setiap wilayah kecamatannya sepanjang tahun ada panen namun jujur saja, kualitasnya juga tidak bagus amat, karena hujan terus melanda kabupaten kota Pelangi itu. Terciptalah padi yang berkadar air tinggi,  padipun rebah di sawah sebelum terpanen sulit dikeringkan, karena mentari keseringan tertutup awan.  Akibat finalnya secara global menghasilkan penurunan produksi. Mungkin tidak buanyak orang tahu kalau di Tabanan itu masih tetap lestari hamparan tanah sawah pada suatu desa yang berjarak 30 Km dari kota Tabanan yakni di desa Belimbing, dalam setahun sawah yang luasnya sekitar 70 hektar itu ( khusus luas sawah di Subak Teben Telabah) ditanami padi sebanyak dua kali,  musim tanam padi pertama bulan Pebruari panennya bulan Juni-Juli, dan musim tanam padi ke dua bulan Agustus panennya bulan November-Desember. Kami dapat proklamirkan bahwasanya di desa Belimbing itu lahan persawahan masih tetap ajeg lestari, dengan dukungan para petani tangguh sebagai penggarap juga pemilik lahan. Dengan suatu hasil kemampuan bertahan itu, jadilah desa Belimbing, sebagai Desa Wisata,  Astungkara.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini