Thursday, November 9, 2017

Setitik debu kecil tentang buku Weda



Weda itu tiada bedanya dengan lautan nan luas sejauh mata memandang (segara tanpa tepi), namanya lautan maka sudahlah tentu banyak hal tersimpan didalamnya baik yang terpikirkan dan juga yang tiada terpikirkan.

Bisalah dikatakan, kalau yang namanya Weda (buku weda) adalah merupakan kitab sucinya para penganut Hindu, kebanyakan orang tahu tentang hal  itu, karena merupakan pengetahuan umum. Namun demikian tidaklah banyak betul yang tahu bahwasanya kitab weda merupakan suatu hasil interpretasi penafsiran (penerjemahan) oleh para Rsi penerima wahyu yang kemudian di bukukan, karena pada awalnya kemarin dulu isi dari kitab weda itu hanya tersimpan dalam ingatan para Maha Rsi  penerima wahyuNya. Itulah yang tenar dengan nama Weda Sruti diajarkan oleh para Maha Guru (Rsi) via proses mengajar secara lisan, para muridpun mendengar semua ajaran tersebut secara langsung terus menghapalnya. Pengajaran weda seperti itu berlangsung lumayan lama yakni hingga sampai awal masehi. Karena tidak ada yang kekal langgeng di alam fana ini termasuk jua pikiran para manusia mahluk tertinggi Tuhan, Sebagai mahluk tercerdas ciptaanNya maka pada suatu ketika wedapun dibukukan.

Kitab suci Weda merupakan sumber keseluruhan ajaran agama Hindu. Kata Weda berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata 'Wid' yang berarti 'tahu'. Jadi Weda berarti 'pengetahuan'. Akan tetapi apabila kata Weda ditulis dengan aksara ”a” panjang (”a” dirga), maka kata Weda berubah artinya menjadi suatu kata-kata yang diucapkan dengan aturan-aturan tertentu atau dilagukan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Weda adalah suatu kata-kata yang penuh arti dan rahasia yang diucapkan dengan dinyanyikan atau dilagukan. Oleh karena itu Weda itu disebut pula "mantra”. Dan memang orang bermantra itu sama dengan orang yang sedang ber 'Weda'. Apalagi Weda tersebut digubah dalam bentuk syair (puisi). Lalu apakah mantra itu ? Kata mantra berasal dari dua suku kata, yaitu dari kata ”Man” dan ”Tra”. Man adalah singkatan dari kata ”Manana” yang artinya ”berpikir”, dan tra dari kata ”Trana” yang artinya ”bebas”, yaitu bebas dari keterikatan, bebas dari penderitaan dan bebas dari kesengsaraan. Jadi Mantra berarti berpikir untuk mencapai kebebasan, yaitu bebas dari penderitaan, bebas dari kesengsaraan dan bebas dari keterikatan, dan akhirnya dapat bersatu dengan Tuhan (moksa).
Kitab suci Weda diwahyukan oleh Tuhan kepada para Maha Rsi yakni empat Maha Rsi ( Rsi Agni, Rsi Wayu, Rsi Aditya, dan Rsi Angiras), yaitu dengan perantaraan  Brahma, pada 3000 tahun Sebelum Masehi (SM). Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Sansekerta, sebagai bahasa aslinya. Selanjutkan keempat Maha Rsi tersebut mengajarkan  kepada para muridnya demikian seterusnya hingga kini ( diantara para Rsi penerus itu ada nama Rsi Wyasa).  Cara menyimpannya adalah dalam ingatan maka dinamakanlah sruti yang mana ajaran tersebut berguna sepanjang umur jagat (selamanya). Ketahuilah juga, bahwasanya pengetahuan apapun yang ada di dunia ini serta apapun yang belum diketahui (terpikirkan) oleh para ilmuan cendekiawan semua sudah ada dalam weda, Demikian mulianya ajaran weda tersebut, maka perlu dipelajari untuk menjalani kehidupan jasmani dan rohani serta mesti mutlak mempercayainya. Mereka yang tidak percaya akan ajaran weda disebut nastika.

Dalam kitab  weda juga ada dijelaskan hubungan antara Tuhan dengan atma, diantaranya jelas dinyatakan bahwa Tuhanlah yang satu serta tidak ada yang kekal langgeng selain itu. Konsep itulah sejatinya yang berkembang dalam wedanta, lebih lanjut acap kali orang-orang mengucapkan weda disambung dengan wedanta serta ujungnya jadilah Weda Wedanta.Sejatinya itu keliru karena weda bukanlah wedanta. Wedanta hanyalah inti sari weda yang berisikan pembahasan mendetail tentang satu konsep yakni brahma (Tuhan ). Semoga kedepannya kita semua dapat membedakan posisi weda sebagai ajaran nan kekal tentang Tuhan, juga posisi wedanta sebagai pembahasan konsep weda yakni konsep Brahma (Tuhan).  Saya mohon maaf jika nalar saya salah tentang topik ini, mohon dimaklumi karena ada yang namanya sifat manusiawi yang penuh keterbatasan “

Sumber bacaan : buku 108 muatiara Veda oleh DR. Somvir

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini