Sunday, November 26, 2017

Menjauhlah dari Maya (kegelapan)




Oh Tuhan engkau adalah pendorong karma yang utama. Enkau penolong umat manusia dengan sifat-sifat utamaMu, hadirlah Engkau dalam hati kami.



Walaupun diantara ciptaanNya manusia itu (kita) termasuk yang paling sempurna dari kesekian jenis mahluk yang Beliau ciptakan, tetaplah sejatinya manusia itu tidak ada apa-apanya dibanding Beliau Sang Pencipta.  Demikian banyaknya yang menyebabkan manusdia itu tidak sempurna dengan aneka keterbatasannya yang lazim disebut manusiawi diantaranya sifat yang acap lupa, khilap, teledor serta sejenisnya.  Yang lebih kentara lagi ketidaksempurnaan manusia itu terpengaruhi oleh maya (kegelapan), demikian kuatnya mempengaruhi kehidupan manusia yang namanya kegelapan (maya) itu, inilah penyebab utama manusia lupa dan tidak sadar akan hubungan dirinya dengan Sang Pencipta. Efek berikutnya karena kegelapan itulah  menyebabkan adanya perputaran kelahiran juga kematian. Para penutur agama Hindu banyak yang mengatakan bahwasanya maya (kegelapan) merupakan suatu kekuatan Iswara yang membuat manusia tidak mengenal dirinya sendiri. Serta disebutkan juga jika seseorang telah mampu menjauhkan diri dari pengaruh maya akan bisa (mampu) melaksanakan karma karma utamanya misalnya : menolong sesama  mahluk Tuhan, cinta kasih /welas asih terhadap sesama dan yang lainnya.  Yang umum dan sejatinya telah semua orang tahu cara untuk menjauhi maya (kegelapan)  itu adalah dengan sujud mendekatkan diri denganNya atau dengan kata lain sembahyang atau paling tidak senantiasa eling denganNya atau selalu berdo’a.

Usai sembahyang bersama tirta dan bije akan dibagikan

Sebagai penganut Hindu telah banyak ada penjelasan, petunjuk tentang cara-cara melaksanakan sembahyang/muspa itu. Diantaranya jika hendak sembahyang sebelumnya mesti dipersiapkan aneka serananya, misalnya : bunga, kwangen, serta dupa. Bunga itu mesti siapkan jika hendak sembahyang karena bunga itu melambangkan kesucian hati/keheningan kayun (bhs.Bali) berfungsi untuk mengungkapkan rasa bakti kehadapanNya (Hyang Widhi). Gunakanlah bunga yang baik sebagai serana persembahyangan  yakni harum,segar. Jangan memkai bunga yang tidak baik misalnya : bunga yang layu, bunga busuk, bunga yang sudah kering, bunga yang dikerubuti semut, bunga yang termakan ulat, bunga yang jatuh sendiri dari pohonnya, serta bunga yang tumbuh di kuburan. Kwangen juga memiliki fungsi sebagai alat untuk mengungkapkan rasa bakti kehadapanNya (Hyang Widhi), kwangen itulah merupakan lambing Ongkara. Tentang dupa/asep, merupakan simbul Hyang Agni, berfungsi sebagai saksi dan pengantar sembah bakti kita kehadapanNya. Usai sembahyang lasimnya kita bertirta/mecirta (bhs.Bali), tirta itulah lambang dari pensucian yang berfungsi untuk menyucikan hati juga pikiran agar bebas dari kotoran, noda, dosa, kecemasan dan sejenisnya yang termasuk maya (kegelapan). Setelah bertirta/ mecirta dibagikanlah bija/wija,  sebagai lambang Hyang Kumara Putra (Benih dari Dewa Siwa), sebagai penumbuh kembangnya benih kesiwaan di dalam diri kita. Disebutkan juga, disaat sembahyang semakin fokus/suleng (bhs.Bali)  fikiran kita kepadanNya maka kian pasrahlah kita menyerahkan diri keharibaanNya, kala itulah muncul dalam diri kita yang dinamakan sifat sattwika.-   Astungkara

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini