Wednesday, November 22, 2017

Benar, menunggu hari baik



 
Anggara Kasih Medangsia 21 November 2017, jam 17.05 waktu Bali gunung api Agung sudah dikatakan (dikatagorikan) meletus, dengan keluarnya asap legam ke udara dari puncak gunung.

Memang tiada terpungkiri tinggal di tanah Bali segala sesuatunya terkait erat dengan  mayoritas  kebiasaanya warga pribuminya yang notabene  beragama Hindu. Riilnya segala sesuatu dalam kesehariannya tentu di carikan yang namanya hari baik/ dewasa ayu, galah becik (bhs.Bali) ini merupakan bagian penting dari kultur keyakinan warga Hindu di Bali. Kongkritnya sejak September 2017 gunung api Agung di kabupaten Karangasem  saban hari jadi topic pembicaraan karena aktivitasnya terus meningkat, bahkan sempat dinaikkan statusnya ke level awas, karena lama tidak meletus erupsi para pemegang kebijakanpun menurunkan statusnya kembali ke level siaga, tentu lewat aneka pertimbangan nan rumit. Diantara  penetapan status awas untuk gunung api Agung itu, ada para warga Hindu Bali yang mengatakan (menyimpulkan) bahwa seandainya gunung api Agung meletus tentu mencari hari baik. Karena itulah tidak sedikit masyarakat  Bali yang memperkirakan gunung api Agung meletus di sekitar wuku Dungulan dan Kuningan di November 2017, tapi rupanya agak meleset. Tidaklah terlalu salah jika gunung api Agung meletus dikatakan menunggu hari baik, karena  tanggal 21 November 2017 tepat merupakan rerainan (hari yang dianggap suci oleh umat Hindu), jam 17.05 waktu Bali Anggara Kasih Medangsia,  gunung api Agung telah di katagorikan mulai meletus dengan keluarnya asap hitam legam dengan ketinggian lebih dari 500 meter ke udara.


Anggara Kasih Medangsia 21 November 2017, jam 17.05 waktu Bali gunung api Agung sudah dikatakan (dikatagorikan) meletus, dengan keluarnya asap legam ke udara dari puncak gunung.
Gunung api agung  saat erupsi November 2017

Demi keselamatan kerahayuan kita bersama, berikut ini saya posting  (kopas)  sebuah status dari medsos Fb yang intinya merupakan suatu ajakan nan luhur menjunjung tinggi yang namanya kemanusiaan serta tetap ajegnya segala yang baik di tanah Bali, Astungkara.-  >>>  Buat teman BALi ku.lupakan dulu sejenak.wajah cantik atau ganteng.tyang cuma minta.doa doa suci anda menurut kepercayaan
Masing2.tentang status gunung Agung yang masih status nya level 3.
Dan status nya akan terus naik.karena proses magma diperut gunung agung masih meningkat dengan disertai gempa themor...Gempa themor ini lah yang harus diwaspadai.dengan ini usul saya.
1: persiapkan semua keperluan buat mengungsi.
2: pemerintah Bali sedianya sudah antisipasi  menyediakan tempat sejenak buat pengungsi.serta masyarakat yang sedianya diminta kerja samanya
3: terus cari informasi di dinas penanggulangan bencana.
4: jangan panik.tapi siaga dan waspada melihat situasi dan kondisi.
5: ternak ternak  segera diungsikan dari sekarang.anjing kucing atau apalah pastinya dulu ditangani.
6: jika mendengar suara ledakan dan gemuruh segera mengungsi.di daerah dataran tinggi seperti bukit...di desa tengganan bugbug dan candidasa angan telu radius aman.
7: perkembangan bisa diprediksi 15 hari dari sekarang.apa akan meletus besar atau kecil.level gunung yang sangat bahaya 4 dan 5..segera lah menjauh sejauh mungkin.
8:dalam status gawat begini.diminta para pengungsi dan masyarakat diminta kerjasama nya apa pun bantuan datang.mari bekerjasama.hilangkan dulu perbedaan.dan dalam situasi gawat gunung agung jangan ada kesenangan seperti miras dan lainnya.utamakan kesehatan dan keselamatan.
9: mulai mengamati situasi gunung agung dari sekarang.
10: diminta masyarakat BALi dan teman teman digrup baliku berdoa memohon kepada Hyang Widhi agar kita dijauhi oleh bencana.
11: Bali seluruhnya bersatu.
Ajeglah Bali, jayalah Majapahit yang terakhir, salam santhi, salam rahayu " salam tangguh salam kemanusiaan"………..

saat meletus tahun 2017, asap yang keluar dari Giri Tohlangkir ada yang mengilustrasikan seperti gambar di atas, cocok memang karena gunung yang satu ini terletak di sebuah lautan dalam, lautan berlian kebudayaan, kebanggaan orang sejagat.
PERCAYA ATAU TIDAK ITU URUSAN HATI KALIAN.
YANG PASTI SAYA PERCAYA BAHWA KEKUATAN SANG PENCIPTA SEBAGAI DEWA PEMELIHARA DAN PELINDUNG ALAM SEMESTA TELAH MENAMPAKAN WUJUD DALAM LETUSAN GUNUNG ANGUNG.
Itulah GARUDA WISNU KENCANA, yang menurut kepercayaan Hindu adalah DEWA WISNU yang merupakan personifikasi HYANG WIDHI DALAM melindungi Alam semesta.
Semoga Bali dan Rakyat Bali khususnya dan Nusantara umumnya tetap dalam lindungan Tuhan dan Luluhur.. OM, TAT ASTU SWAHA. RAHAYU


Kilas balik tentang Gunung Agung tahun 1963 sebelum meletus sebagai satu bahan perbandingan (kopas) dari mensos FBm semoga berfaedah.
Oleh Prof. Anwari Dilmy
Bagaimana tahapan menjelang letusan besar Gunung Agung tahun 1963 silam ?
Menjelang letusan besar memerlukan waktu hampir sebulan dengan aneka aktivitas vulkanik serta kegempaannya, dengan suatu hal nan pasti  “ semua atas kuasaNya, kehehendakNya, anugrah dan bencana adalah kehendakNya ini bukan hukuman yakinlah rencana Tuhan tidak pernah bisa tergambarkan oleh pikiran manusia sekalipun di era canggih dan modern ini, semuanya bukan hukuman, segala sesuatu yang menuju kea rah lebih baik mesti ada pengorbanan, perubahanlah yang kekal sekekal keyakinan manusia akan Sang Pencipta “

GEMPA TREMOR TERUS MENERUS
16-17 Februari 1963
Indikasi pertama dari gunung berapi yang aktif pada tahun 1963 adalah gempa dan guncangan gempa yang sering terjadi dan berulang yang dirasakan oleh beberapa orang yang tinggal di Jehkuri, sebuah desa di lereng selatan gunung berapi sekitar 6 kilometer dari puncak.
Tidak tercatat jam berapa tepat gempa dan guncangan gempa terjadi, namun dirasakan pada sore hari tanggal 16 Februari. Keesokan harinya gempa bumi yang lemah kembali terasa, kali ini di Kubu, sebuah desa pantai di kaki utara gunung berapi. Kejadian ini menyebabkan ayunan lampu gantung berayun-ayun lambat.
SUARA GEMURUH TERDENGAR DARI BEBERAPA KILOMETER
18 Februari 1963
Keesokan harinya, 18 Februari, pukul 11 malam, gemuruh yang lemah tapi berbeda terdengar untuk pertama kalinya.
SEMBURAN AWAN TIPIS & API
19 Februari 1963
Pada jam 3 pagi hari pada tanggal 19 beberapa orang yang khawatir dan tetap terjaga sepanjang malam melihat pendakian pertama dari sebuah kolom asap tipis yang naik secara vertikal. Dari saat itu, aktivitas terus berlanjut sebentar-sebentar, dengan periode aktivitas yang berlangsung sekitar 1 jam diikuti dengan periode istirahat 1 jam. Pada malam hari ke-19 sinar terlihat di bibir kawah utara.
LAHAR MULAI MENGALIR
20 Februari 1963
Aktivitas vulkanik periodik berlanjut dengan intensitas yang meningkat sampai 20 Februari, pada hari dimana lahar mulai mengalir di sepanjang lereng utara dan ‘nuees ardentes’ turun ke arah yang sama, menyebabkan kematian korban pertama di Siligading.
LAHAR MENGALIR SEBULAN PENUH
Pertengahan Maret 1963
Pencurahan lahar berlanjut sampai pertengahan Maret.
Panjang sungai lahar mencapai sampai 7 km dan lidah api semburan lahar mencapai ketinggian sekitar 500 m.
Hari demi hari-hari aktivitas gunung berapi meningkat dalam intensitas.
GUNCANGAN GEMPA KERAS MENGGUNCANG BALI
15 Maret 1963
Terjadi gempa bumi yang keras.
MELETUS KERAS
17 Maret 1963
Letusan paroxysmal pertama dimulai pada 17 Maret saat matahari terbit dan berlangsung sekitar 7 jam. Hal itu didahului pagi hari dua hari sebelumnya oleh gempa bumi yang kuat.
Sebagai rangkaian ledakan baru muncul di lereng selatan dan utara, dengan kekuatan destruktif yang dihasilkan mencapai jarak maksimal 14 km.
Ledakan dari rongga kawah pada 17 Maret membawa keluarnya arus keluar lahar.
Ereksi karat pada lava andesito-basalt, fakta bahwa ia mulai mencurahkan nyawa pada fase awal letusan, dan fakta bahwa pencobaannya berhenti sesaat sebelum ledakan paroksismal pada 17
Maret, mendukung teori bahwa lahar ini adalah sisa dari letusan sebelumnya 1843 macet di gunung berapi dan dipanaskan dan dicairkan dalam letusan saat ini.
JUMLAH KEMATIAN
Jumlah kematian yang disebabkan pada siklus pertama letusan 1963 sekitar 1.100, dan sekitar 150 pada ledakan kedua.
TOTAL VOLUME LETUSAN
Kusumadinata (1964) dari Survei Geologi Indonesia memperkirakan total volume material yang dikeluarkan sekitar 280 X 106 meter kubik. Dari perkiraan volume material dikeluarkan energi termal dan kinetik yang dilepaskan dihitung. Dengan demikian total energi kinetik dan termal, seperti yang diperkirakan, berjumlah 8,2 X 1024 ergs.
Lava, aliran lumpur, awan menyala, nuees ardentes, lapilli, pasir dan abu membunuh tidak hanya manusia dan hewan tapi juga tanaman.
KEADAAN BESAKIH SETELAH LETUSAN:
SURVEY PERTAMA
Mei 1963
Pada bulan Mei 1963, kami melakukan perjalanan ke kuil Besakih di dekat resthouse Dinas Kehutanan, di lereng utara Agung, lebih dari 900 m dpl. Di sini kita tidak melihat apa-apa selain tanaman mati, semak, tumbuhan, dan rumput, jamur, pakis, lumut, dan lumut. Tempat itu sangat sepi di sekitar tempat suci Besakih.
SURVEY KEDUA
Oktober 1963
Saat penulis (Prof. Anwari Dilmy) berkunjung ke Bali lagi pada bulan Oktober 1963, dengan Dr. Tarnavschi dari Rumania dan Prof. Jacovlev dari Soviet Rusia, kami tidak menemukan apa di sekitar Besakih selain tanaman mati kecuali tiga spesies yang mulai tumbuh. Sejauh yang bisa kita lihat, semua tanaman lainnya telah mati.
SURVEY KETIGA
Maret 1964
Survei ketiga selama bulan Maret 1964, sangat mudah karena 90% wilayahnya masih tandus. Saat ada pohon-pohon yang hampir semuanya mati. Tanaman ditemukan hanya di dekat sungai kecil dan di tempat yang lembab. Dengan delapan pembantu kami mengumpulkan tanaman dan menyiapkan bahan herbarium. Kita bisa menamai 75% tanaman di lapangan; Sisanya ditentukan di herbarium di Bogor.
HASIL SURVEY Maret 1964
Keadaannya sangat berbeda dengan yang terjadi di bulan Oktober. Meski ada arus keluar awan dari gunung berapi setiap hari, tidak ada lapilli, pasir, atau abu yang dikeluarkan lagi, sehingga setelah hujan mulai mulai tumbuh lagi.
Rumah-rumah masih reruntuhan dan hanya satu atau dua yang ditempati; 10% tanah di sekitar kuil Besakih memiliki tutup rumput, tumbuhan, semak, dan pepohonan yang kehijauan mulai tumbuh, bersama dengan beberapa spesimen yang tumbuh daun dan tumbuh normal lagi.
Antara ketinggian 900 dan 1250 m di atas permukaan laut, 83 spesies rumput, tumbuh-tumbuhan, semak, dan pepohonan tumbuh. Semua tanaman yang disebutkan di atas hanya mencakup 10% area; Permukaan tanah lainnya masih tandus, seolah daerah itu telah terbangun. Tidak ada tanaman sejenis yang tumbuh di sana.



Ketika gunung api Agung meletus tahun 2017, KESETIAAN ANJING  ( “ setia seperti anjing,. manja seperti kucing )  >> Pemandangan di Banjar Lebih, Desa Sebudi, Karangasem, Bali, pada Minggu siang, 26 November 2017, yang begitu lengang. Desa ini termasuk Kawasan Rawan Bencana 1 Erupsi Gunung Agung. Seluruh penduduknya mengungsi ke tempat yang lebih aman, sementara anjing-anjing peliharaan mereka tetap tinggal di tempat. Anjing-anjing itu masih setia menunggu rumah para tuannya. Semoga para sahabat manusia ini selamat jika terjadi erupsi yang lebih besar, juga para tuannya. Astungkara

Saat kami mencapai ketinggian 1.250 m, kami menemukan hutan pinus Pinus merkussii Yunghuhn dan de Vr. semua mati dan tanah di sekitarnya mengeras seakan disemen. Kami membuat tiga lubang di permukaan yang mengeras ini dan mendapati pengerasan melebar sampai kedalaman 10-15 em. Di bawah lapisan ini kita menemukan jarum pohon pinus, yang masih tidak rusak, dan langsung berada di bawah lapisan jarum tanah asli ini.
Ada 316 hektar hutan pinus yang mengelilingi Besakih, semua pohonnya mati karena awan panas, lahar, lapilli, atau pasir dan abu dari gunung berapi. Lava ini dicampur dengan lapilli, pasir, dan abu membentuk lapisan atas yang disemen 10-15 cm.
Di atas 1250 m hanya sembilan spesies tumbuhan telah ditemukan: Albizzia montana Benth., Cynodon dactylon Pers, Ficus sp., Gigantochloa apus Kurz., Imperata cylindrica Beauv., Pennisetum purpureum Schumacher dan Thonn., Plantago major Linn., Sesbania grandiflora Pers, dan Themeda gigantea Hack.
Pada ketinggian 1400 m pohon pinus yang mati dibiarkan berdiri, sementara jauh di lembah satu atau dua spesimen dari spesies berikut diamati: Phragmites karka T rin., Sambucus javanica Reinw., Pennisetum purpureum Schum. dan Swarz., Themeda gigantea Hack., Engelhardia sp., Schima wallichii vat. noronhae bl.
Di lereng lembah yang kami temukan: Polygonumsinensis Linn., CordiaobliqueWilld., Dryopteris campestris Rumph., Cheilanth es tenuifolia Swarz., Coffea sp., Dan Gigantochloa apus Kurz. (T)

CATATAN:
* Tulisan ini adalah kesaksian Prof. Anwari Dilmy diterjemahkan dan disarikan oleh Sugi Lanus dari makalah Prof. Anwari Dilmy yang berjudul: ‘Pioneer Plants Found One Year After the 1963 Eruption of Agung in Bali’. Beberapa nama ilmiah tumbuh-tumbuhan dalam tulisan di atas sekiranya ada 'minor typo'.
**Prof. Anwari Dilmy adalah ahli botani ternama, lulusan Sekolah Pertanian Buitenzorg (sekarang Bogor), sebulan setelah letusan Gunung Agung terjadi tahun 1963 datang ke Besakih meneliti tumbuh-tumbuhan dan keadaan Besakih dan Gunung Agung. Prof. Anwari Dilmy menulis makalah berjudul: ‘Pioneer Plants Found One Year After the 1963 Eruption of Agung in Bali’, ditulis berdasarkan kesaksiannya berkunjung/survey 3 kali ke Besakih dan naik Gunung Agung. 

 sumber medsos fb   >>>>  

Nyoman Wage membagikan kiriman Sugi Lanus


 

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini