Tuesday, October 17, 2017

Situasi darurat bencana




,.

Pulau Bali yang telah sedemikian tenarnya ke seantero buana, dibulan September, Oktober 2017 ketenarannya semakian populer, lantaran gunung api Agung yang di kaki barat dayanya berdiri kokoh Pura terbesar di NKRI dinyatakan sebagai gunung api yang harus diwaspadai serta berstatus awas. Merupakan kawasan daerah tingkat dua tertimur di tanah Bali yang kecil, Karangasem namanya dimana ibuk Gusti Ayu Mas Sumantri sebagai kepala daerahnya di tahun 2017, gunung Agung berstatus awas beliaupun memberlakukan status keadaan darurat bencana di Karangasem, Bali. Dimana sebenarnya situasi darurat bencana itu ada tiga jenis : Siaga darurat (sebelum bencana atau sebelum suatu gunung erupsi), Tanggap darurat ( masa-masa bencana terjadi atau saat suatu gunung erupsi), dan yang terakhir  Transisi darurat ( setelah suatu bencana terjadi). Yang jamak di berlakukan status kedaan darurat bencana semisal keadaan gunung Agung di September 2017,  masa darurat diperberlakukan dalam waktu 14 hari, dan jika keadaan tentang keselamatan masyarakat belum terjamin masa darurat umumnya diperpanjang kembali (riil Karangasem di Oktober 2017)
berstatus awas sejak 22 September 2017, gunung api Agung, hingga 20 Oktober 2017 masih adem ayem menawarkan panorama alam nan indah  " mungkin karena Bali memang beda "
diakhir bulan Oktober 2017 status gunung Agung diturunkan darin awas ke siaga, dan saat HR Galungan 1 November 2017 para pengungsi banyak yang dapat melaksanakan hari raya Galungan (ngegalung) di desanya masing-masing dan 2 November 2017 warga Sebudi melaksanakan ritual pekelum di puncak gunung api Agung
diakhir bulan Oktober 2017 status gunung Agung diturunkan darin awas ke siaga, dan saat HR Galungan 1 November 2017 para pengungsi banyak yang dapat melaksanakan hari raya Galungan (ngegalung) di desanya masing-masing dan 2 November 2017 warga Sebudi melaksanakan ritual pekelum di puncak gunung api Agung
diakhir bulan Oktober 2017 status gunung Agung diturunkan darin awas ke siaga, dan saat HR Galungan 1 November 2017 para pengungsi banyak yang dapat melaksanakan hari raya Galungan (ngegalung) di desanya masing-masing dan 2 November 2017 warga Sebudi melaksanakan ritual pekelum di puncak gunung api Agung

 Keadaan darurat bencana diberlakukan di Karangsem Bali, karena aktivitas kegunung apian gunung Agung kian aktif, acap menghadirkan getaran-getaran di permukaan tanah yang lazim disebut gempa (gempa bumi) orang Bali menamai “linuh”. Gempa itu banyak jenis serta namanya, diantaranya ada Gempa Bumi dangkal, Gempa bumi menengah, Gempa bumi dalam. Pengertian masing-masing kurang lebih sbb. ;  Gempa bumi dalam  > Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang pusat gempanya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.,Gempa bumi menengah  : Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang pusat gempanya  berada antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa. , Gempa bumi dangkal  : Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang pusat gempanya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi inilah sejatinya yang berbahaya karena biasanya menimbulkan kerusakan yang besar. Pusat gempa dinamakan hiposentrum. Serta yang lainnya, yang terjadi di setiap suatu gunung berapi berstatus awas ada juga yang disebut gempa tremor, gempa tremor itu sesungguhnya adalah  getaran yang terjadi akibat bergeraknya sebuah patahan secara dikit demi sedikit. Pada umumnya getaran ini tidak mengakibatkan adanya gerakan yang mendadak, namun tetap membuat bumi bergetar. Tetapi dalam kesehariannya, lebih-lebih situasi disuatu daerah berstatus darurat bencana (karena suatu gunung berstatus awas) gempa tremor itu diartikan sebagai suatu gempa yang beruntun (sambung menyambung) dimana gempa susulan  terjadi dan gempa sebelumnya belum selesai, pengertian ini muncul kemungkinan agar para khalayak cepat tanggap mengerti , kemungkinan lain  yang umum terjadi adalah karena  gempa  yang terjadi terus menerus (gempa tremor)  biasanya menjadi pertanda  terakhir sebelum letusan/erupsi. Banyak kejadian yang ada gempa tremor itu, tidak selalu menjadi patokan bahwa sebuah gunung api akan meletus




No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini