Sunday, August 27, 2017

Hindu memandang nama baik




Oh Tuhan, hamba bebas dari kritikan, atma hamba menjadi bahagia  demikian juga mata hamba, teliunga hamba prana hamba dan demiukian juga semua anggota badan hamba menjadi sehat.

 
karena nama baik, Rakai Balitung di permanenkan dengan sebuah arca " Siwa Mahadewa" di percandian Prmabdan


Yang namanya nama baik semua mengidamkan, maka pepatah lamapun tiada lekang oleh waktiu“ gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang “.  Sejatinya kehormatan dan nama baik dalam masyarakat adalah merupakan kekayaan nan hakiki.  Tidaklah salah, bila dikatakan bila kekayaan hilang tidaklah hilang apa-apa, bila kesehatan yang hilang berarti ada sesuatu yang hilang, tetapi jika sampai nama baik yang hilang (tercemar)  berarti segala-galanya telah hilang.  Dalam ajaran Hindu, disarankan bagaimanapun caranya agar kita tidak mendapatkan hujatan atau kritikan dari orang lain, karena kita telah berbuat baik. Jagalah jasmani agar semua anggota badan senantiasa sehat demi mendapatkan segala yang baik dalam kehidupan, kita semua ingin hidup bahagia dan yang namanya kehormatan agar bisa teraih. Dan pada suatu waktu  jika ajal telah menjemput, namanya (nama kita) selalu ada karena orang-orang senantiasa mengingatnya. Riil terjadi di alam nyata, demi nama baik mereka iklas menyumbang segala miliknya, buah pikirannya untuk kepentingan orang banyak. Banyak orang besar telah tiada, namun namanya tidak pernah tenggelam oleh kejamnya dunia, contoh ; Indira Gandi, Swami wiwekananda, serta yang lainnya.

Di negeri besar ini NKRI, dari sejak nguni punya nama besar nama baik termasyur hingga ke seantero jagat peradaban sebuah bangsa besar menghasilkan warisan dunia sekelas Borobudur serta Prambanan. Terciptanya candi candi megah itu melahirkan sederetan nama-nama baik. Di komplek percandian Prambanan perbatasan antara provinsi DIY dan Jawa tengah, tercipta gugusan candi tenar dengan nama Prambanan (Loro Jonggrang), diyakini merupakan komplek percandian Hindu di bangun oleh para raja-raja Sanjaya di abad ke 9 lalu. Rakai Pikatan sebagai peletak batu pertama, namun  karena umur tiada yang dapat memastikan proyek percandian yang besar itu belum tuntas dirampungkan mungkin karena ayat yang terputus, selanjutnya mega proyek itu dirampungkan oleh generasi berikutnya “ Rakai Balitung”,  beliaupun dapat nama. Di Candi Siwa, Rakai Balitung di permanenkan dengan sebuah arca setinggi 3 meter, arca Siwa Maha Dewa demikian namanya,  karena jasa-jasanya hingga memperoleh nama baik, raja Balitung dianggap sebagai penjelmaan Siwa, setelah wafat dicandikan sebagai Siwa oleh keturunan dan rakyatnya.-


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini