Saturday, September 10, 2016

Taman Ujung Soekasada “water palace”





Bangunan ini adalah pintu masuk utama taman, berfungsi sebagai tempat menitor keberadaan kapal-kapal di Selat Lombok di saat Sang Raja melepas lelah, panorama alam dan laut sedemikian indahnya dari tempat yang dinamai balai kapal ini.

Bali kapal ada di tempat ketinggian (pintu masuk utama Taman Ujung Soekasada)

Di era-era kerajaan dahulu, hadiah kepada sang permaisuri bolehlah dikatakan merupakan suatu kewajiban. Demikian jua halnya dengan keberadaan sebuah taman nan indah di kabupaten paling Timur tanah Bali, tenar dengan nama  Taman Ujung Karangasem/ Taman Soekasada yang mana merupakan peninggalan raja  Karangasem di tahun seribu Sembilan ratusan. Tertata indah nan lestari di Jalan Raya Seraya Desa Ujung Karangasem Bali Timur, juga tenar dengan julukan water palace. Tepatnya di tenggaranya kota Amlapura,  istana air demikian namanya di era Hindia Belanda. Dizaman bertahtanya raja Karangasem yang bernama I Gusti Bagus Jelantik dengan gelar Anak  Anglurah Ketut Karangasem, di awal dibangunnya taman ini mencapai luas 400 hektar, namun lantaran kekejaman alam misalnya letusan Gunung Agung di tahun seribu Sembilan ratus enam puluh lima lalu, taman Ujung Soekasada ini kini hanya tinggal sekitar 10 hektar, merupakan milik pribadi keluarga Puri Karangasem, tapi terbuka untuk umum. Yang menjadi arsitek taman adalah orang berkebangsaan Belanda (Van Den Hentz), seorang arsitek Cina (Loto Ang), serta melibatkan seorang undagi tanah Bali (arsitek versi Bali), info yang mengglobal mengatakan Taman Ujung Karangasem ini kelar dikerjakan tahun 1921, dan di tahun 1937 di kekalkan pada sebuah prasasti dari mamer beraksara latin dan aksara Bali pada dua versi bahasa yakni bahasa melayu dan bahasa Bali.

Balai Kambang, ada di tengah-tengah kolam di eranya merupakan tempat pertemuan dan jamuan makan bagi para tamu kerajaan
merupakan seejenis musium, berhiaskan aneka foto-foto para keluarga raja pada dindingnya dan ada kamar suci didalamnya, terletak di tengah kolam
dikelilingi enam batung bidadri, patung Dewi Saraswati ada di tengah-tengah.....lumayan indah
juga ada di suatu ketinggian di barat laut Taman Ujung, jika masuk lewat Timur kita menaiki 97 anak tangga, Balai Lunjuk namanya, konon dari Balai Lunjuk itulah Sang Raja memberi petunjuk kepada abdi kerajaan. Pemandangan Taman Ujung nampak utuh jelas dari tempat ketinggian ini

Satu lagi bukti yang tiada terbantah, bahwasanya orang-orang tanah Bali itu berbudaya tinggi, di tahun 1919 taman Ujung mulai dikerjakan dan selesai tahun 1921,persisnya di era raja Karangasem yang terakhir bertahta  ( 1909 – 1945 ), berkat kesigapan pemda daerah tingkat dua Karangsem taman awarisan leluhur itupun direnovasi, dan di zaman gubernur Bali Pak Dewa Beratha rangkaian tahapan pemugaran yang telah finispun di resmikan.Di Taman Ujung Soekasada kita dapat menjupai ; Pura Manikan, Balai Gili (sebagai tempat peristirahatan keluarga raja), Balai Kambang, Balai Bundar, Balai Kapal, Balai Lunjuk, Kolam Air mancur dengan patung Dewi Saraswati, serta Bali Warak ( berada di atas perbukitan sekitar 300 meter di utaranya Balai Lunjuk, di timurnya ada tiga patung : paling atas patung badak, dibawahnya ada patung singa terbang, di paling bawah ada patung sapi dengan tipe tempat terasering).

Sumber info : brosur  “ Taman Soekasada,water palace”







                                                

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini