Saturday, July 9, 2016

Peradaban Bali itu hendaknya dikawal



 
wilayah Desa Belimbing
 
wilayah Desa Belimbing

 
di kabupaten Tabanan ada Desa Belimbing, yang di sukai para wisman dan wisnu karena lingkungannya yang indah menawan sejuk serta asri lestari

Semestinya yang paling dahulu merasa bangga adalah para pemimpin akan keberhasilan suatu kelompok, atau wilayah atas pengakuan orang-orang sekitar akan keberhasilan yang telah diraih. Walau pada riilnya kebanyakan pemimpin acuh akan kepentingan anggautanya, lebih-lebih saat jabatan terakhirnya ( contohnya Bali acap dinobatkan sebagai daerah tujuan wisata indah berkelas dunia). Untukmembuktikan bumi itu bulat, setiap kita membicarakan sesuatu hal tentu kita bicarakan yang baik-baik walaupun tidak yang tertop, manusiawi saja.  Di kolong langit yang terkatagori baik itu diantaranya ada Bali, ya nusa kecil Bali yang beberapa bulan terakhirnya masyarakatnya berjuang sendiri mempertahankan kelestarian lingkungan tanah Bali nan indah asri, sendiri berjuang karena dirasakan bagai anak ayam kehilangan induk (ini riil amat).

warga Desa Belimbing
warga Desa Belimbing

Bali tidak bisa hanya diam serta pasrah menghadapi aneka serbuan investasi yang ujung-ujungnya hanya menguntungkan para kaum penjajah dari warga sendiri.  Dari sejak nguni, sebut saja di era-era tenarnya Majapahit dengan patihnya nan berwibawa, warga tanah Bali itu penghidupannya  adalah bertani (agraris), saat itu nusa kecil Bali menjadi bawahan Majapahit sejenis provinsi ( setelah panglima meliter Bali Kebo Iwa membeberkan rahasia kesaktiannya kepada Gajah Mada ). Di zaman yang serba instan dan menglobal serta perdagangan dunia nan bebas, para petani Bali mestinya tertantang guna memperoleh penghasilan yang memadai demi tegaknya ajeg Bali, agar pada langkah berikutnya aneka ketergantungan pangan dari luar Bali tersetop.  Niscaya jati petani Bali yang tangguh itu akan bangkit. Tidak terbantah, resikonya sedemikian tinggi jika pertanian Bali sampai tergusur oleh aneka kepentingan yang hanya berorientasi kepada uang, karena uang bukan segala. Kapanpun itu, kalau pertanian sampai teringkari, maka ajaran Hindu yang terjabarkan via Tri Hita Karana telah tidak dipergunakan lagi. Yang jelas nampak di pelupuk mata, tanpa pertanian masa depan Bali akan suram walau nyata-nyata ribuan rombong bakso sebagai penggantinya. Tidak terbantah di era-era yang telah lalu sebut saja saat masanya orde baru amat terasa, kalau pertanian itu sebagai salah satu penyangga strategis ketahanan ekonomi Bali (misalnya era itu dibangun banyak serana irigasi besar dan kecil, misal bendungan / dam ). Mudah-mudahan, kedepannya atas petunjuk dari para pemimpin nan bijak pengelolaan subak dapat dioptimalkan, bukan diurug dengan aneka jenis beton yang berbakukan padang/rumput dari Gresik,………………….  Semoga.-

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini