Friday, July 22, 2016

Berserana Klungah/bungkak Nyuh Gading



Yang namanya ajaran Hindu banyak bagiannya, diantaranya ada yang dinamakan swadharma/kewajiban, punia/mepunia (amal sedekah), yadnya/ korban suci yang disertai ketulus iklasan, dan ada juga istilah melukat. Untuk istilah yang satu ini, para insanNya di luar umat sedharma (baca Hindu) amat jarang bahkan tidak pernah di dengar. Melukat itu merupakan ritual keagamaan Hindu untuk tujuan pembersihan diri lahir bathin diantaranya dengan melukat aura tubuh akan menjadi prana/energi yang lebih baik demi melakoni kehidupan ( makan untuk hidup). Lebih lanjut, tentang saat yang baik untuk melukat itu adalah saatnya bulan penuh, atas kuasaNya tujuan melukat itu akan tercapai lebih baik kala bulan purnama utamanya purnaning sasih kedasa atau pernamaning sasih kapat, tapi tidak jarang terjadi melukat itu dilakukan kala hari kelahiran/peweton/otonan.

melukat

Ritual keagamaan Hindu yang dinamakan melukat itu, belumlah membuahkan hasil sesuai harapan jika tidak menggunakan klungah/bungkat nyuh gading walaupun memakai serana air warna (air sudamala, air pancuran kembar, air laut, air campuhan, dll). Kenapa ? Dikarenakan, salah satunya kelapa gading itu diyakini sebagai simbul Siwa Raditya ( pancaran sinar suci Siwa dalam kekuatanNya menyinari serta menjaga seisi alam). Serta penyebab yang lainnya, karena dari sejak nguni para orang suci Hindu (misalnya Ida Pedanda) memakai klungah/bungkak kelapa gading sebagai serana utama memperlancar proses ritual beliau. Diyakini lantaran prana/energi dari matahari yang kuat, maka air kelapa/klungah memiliki daya/power pembersih yang kuat pula. Maka dengan air klungah/bungkak nyuh gading diyakini dapat membersihkan badan secara lahir dan bathin. Pada akhirnya mampu merubah aura tubuh menjadi prana/energi, cakra sepiritualpun akan kian terbuka, aneka pencemaran tubuh akan tertetralisir misalnya yang berupa kekuatan magik/pengobatan suatu penyakit



Kutipan tentang  : Memahami 'Melukat'
Oleh    :  Ciwa Murthi Ardanareswaray

'Melukat' adalah bagian dari Manusa Yadnya (korban suci yang didedikasikan untuk manusia) upacara. Melukat bertujuan untuk membersihkan dan memurnikan tubuh manusia dan jiwa untuk mencegah malapetaka, nasib buruk dan penyakit. Malapetaka yang disebabkan oleh kegiatan diperoleh dan dosa, baik yang berasal dari sisa dari riwayat sebelumnya (dalam kehidupan masa lalu / sancita karmaphala) atau dari tindakan dalam hidupnya sekarang (prarabda karmaphala).
Melukat berasal dari kata "lukat", berasal di Bali-Kawi (bahasa Jawa kuno) kamus berarti "bersihin, ngicalang" (dalam bahasa Bali) "untuk membersihkan atau dimurnikan (dalam bahasa Inggris). Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata 'lukat' artinya 'melepaskan' (untuk melepaskan beberapa hal), kemudian mendapatkan 'saya' awalan menjadi 'melukat', yang berarti melakukan pekerjaan untuk melepaskan sesuatu yang 'negatif' dalam tubuh dan jiwa , melalui ritual keagamaan.
Arti 'Melukat'
The 'melukat' ritual berarti sebagai upaya mencapai pemurnian diri. Upaya ini harus dicari sesuai dengan Lontar (palmleaf kitab suci) "Dharma Kahuripan" yang pada dasarnya menggambarkan bagaimana "pemeliharaan rohani manusia", mulai dari rahim sampai akhir hidupnya.
Dengan demikian, upacara melukat dapat dilakukan berkali-kali, sesuai dengan situasi dan kebutuhan dan tujuan. Melukat berarti sebagai pembersihan dan pemurnian dalam spiritual dan fisik, seperti yang tertulis dalam Manawa Dharmasastra naskah, Bab V ayat 109, menyatakan sebagai berikut:
"Adbir gatrani cuddhayanti manah satyena cuddhyati, vidyatapobhyam buddhir jnanena cuddhyatir"
Berarti
"Tubuh dicuci dengan air, pikiran dibersihkan dengan kejujuran, membersihkan jiwa dengan ilmu pengetahuan dan tapasya, wajar dibersihkan dengan kebijaksanaan. "
Makna mendalam dari ayat ini diberitahu bahwa melukat di penggunaan air untuk membersihkan tubuh fisik (Sekala) dan psikologis (niskala), sedangkan untuk media menggunakan "Tirtha Penglukatan", yang pertama kali diajukan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa ) berkat pertama, melalui doa, (puja) ibadah dan (mantra) mantra oleh seorang pemangku, Peranda).
Semoga bermanfaat.

Om Santih,Santih,Santih,Om.
 

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini