Tuesday, June 28, 2016

Pura Luhur Srijong di Banjar Payan



 
Pura Luhur Srijong
Kembali tentang nusa kecil Bali, sebuah nusa yang terpagari ratusan replika sorga dan ujung-ujungnya berpredikatkan Tanah Sorga. Tiada terbantah lagi, walaupun di pikiran orang-orang yang menyebut warga Bali itu (baca Hindu Bali) adalah sekumpulan manusia kafir bahwasanya Bali itulah pulau seribu pura ( pura = replika sorga). Para penganut Hindu di Majapahit yang terakhir, meyakini berkat keberadaan ratusan pura yang memagari nusa Bali, menjadikan Tanah Bali itu keloktah ke seantero kolong langit merupakan kawasan terdamai di dunia, ibarat lautan setenang-tanang air yang menggenanginya tentu ada riak.

Pura Luhur Srijong
Pura Luhur Srijong

Ada sejumlah pura yang senantiasa menebarkan aura mistis relegius di aneka tepian pantai (pinggir pantai) nusa kecil Bali yang nyata-nyata mengajegkan kerelegiusan taksu Bali, diantaranya : Pura Ponjok Batu, Pura Silayukti, Pura Uluwatu, Pura Tanah Lot, Pura Rambut Siwi, Pura Purancak, Pura Srijong serta pura-pura lainnya.Di pantai selatannya nusa kecil Bali tepatnya Bali bagian tengah kawasan kabupaten kota pelangi Tabanan, juga ada sebuah Pura yang keberadaannya terkait erat dengan kedatangan Danghyang Nirartha ke tanah Bali, terbukti dengan di bangunnya sebuah pelinggih meru tumpang telu (tiga) di pura tersebut sebagai serana penghormatan atas jasa-jasa Si Orang Suci tersebut, Pura Luhur Srijong nama pura itu. Detailnya lokasi pura di Banjar Payan, Desa Pakraman Batu Lumbang Antap Selemadeg, kurang dari lima puluh kilo meter kearah barat dari Denpasar. Dibangun pada abad 16 hampir bersamaan dengan pura Rambut Siwi dan Tanah Lot.

sebuah goa habitatnya kelelawar di bawah dan selatan pura Luhur Srijong, diujung goa itulah tepat diatasnya sebuah meru tumpang telu/tiga berdiri wahana pemujaan Danghyang Dwijendra/Danghyang Nirartha/Pedanda Sakti Wawu Rauh

Dibangunnya Pura Srijong itu tidak terlepas dari adanya tanda yang meyakinkan atas dasar penglihatan para warga nelayan dan petani di seputaran pantai payan di abad 16 lalu, mereka berbanyak orang melihat seberkas nur (cahaya) yang lokasi/posisinya di tepian pantai yang berbatu karang. Oleh warga sekitar ( para nelayan dan petani)  dibangunlah sebuah pura di tempat nur tersebut, dinamai Pura Srijong, dengan piodalan/ petoyan setiap 210 hari sekali kala Buda/Rabu Umanis Prangbakat. Di utama mandala pura diantaranya di bangun pelinggih : Meru tumpang telu/tiga (wahana pemujaan Ida Danghyang Dwijendra/Danghyang Nirartha) yang posisinya tepat nian dengan ujung sebuah goa kelelawar di bawah pura, pelinggih Ida Betara Segara, pelinggih pesimpangan betara di pura Rambut Siwi, pelinggih padmasana, pelinggih Ida Betara Rambut Sedana, serta yang lainnya.Di bawah pura ( selatan pura) terdapat sebuah gua yang lumayan besar merupakan  tempat tinggalnya sekelompok hewan bersayap sejenis kelelawar,  ada tiga jenis orang Bali menyebutnya : jempiit, lelawah (kelelawar), serta balongan. Pada saat-saat tertentu acap terlihat kelelawar yang berwarna putih bersih. Info lebih lanjut tentang pantai seputaran Pura Luhur Srijong, juga terdapat mata air berair tawar yang dianggap suci sakral.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini