Saturday, May 21, 2016

Bhagawan Domya




Tersebutlah seorang manusia yang memiliki kekuatan mata bathin, dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta memiliki kepekaan untuk menerima aneka getaran gaib berpenampilan nan tenang serta penuh welas asih disertai kemurnian lahir banthin dalam mengamalkan serta mengajarkan ajaran agama, tidak terpengaruh oleh gelombang hidup suka maupun duka, beliau adalah seorang guru. Sebut saja guru pengajian, pendidikan yang beliau berikan kepada para muridnya berupa berbagai  macam pengetahuan baik yang bersifat fisik dan rohani tinggal pada suatu pesraman dengan tiga murid/ siswa asuhannya. Bhagawan Domya, demikian dikenal nama beliau di tataran ajaran Hindu khususnya tentang guru waktra.

Berguru tentang berbagai ilmu kepada Sang Bhagawan Domya tidaklah mudah, yang jelas butuh persyaratan khusus  yang mesti di lalui sebut saja sejenis training di zaman batu akik ini. Ada tiga orang siswa asuh Sang Bhagawan : Sang Arunika ( bertugas mengolah sebidang sawah), Sang Utamanyu ( pengembala lembu), dan Sang Weda ( sebagai juru masak ). Dari ketiga siswa asuh Sang Bhagawan Sang Wedalah yang paling sukses menyelesaikan tugas-tugasnya dan paling dahulu mendapatkan pelajaran tentang aneka ilmu dari Sang Bhagawan diantaranya ilmu itu ada ilmu tentang keagamaan khususnya pelajaran weda. Suka duka kedua siswa asuh lainnya misalnya : Sang Utamanyu : dalam mengembalakan lembu dari pagi hingga sore tidak pernah makan, hingga pada suatu saat laparnya tidak tertahan lalu dia meminta nasi pada seseorang dan diketahui gurunya akhirnya diingatkan agar tidak mengulangi lagi dan ia berjanji. Pada saat mengembala berikutnya, perutnya terasa amat lapar, Sang Utamanyu ikut menyusu pada induk lembu, berebutan dengan anak lembu, kembali hal itu di ketahui oleh Sang Bhagawan Domya dan diperingati lagi kembali pula ia berjanji. Hingga pada suatu ketika kembali rasa lapar Sang Utamanyu tidak tertahan,sampai-sampai ia memakan daun yang mengandung racun yang menyebabkan kedua matanya buta. Saat perjalanan pulang ia terperosok ke dalam sebuah sumur mati, sedangkan lembunya pulang ke kandang sendirian. Dan gurunya segra mencarinya, diteketemukan di  dalam sumur, lantas dinaikkan setelah diobati  barulah diberikan aneka ilmu pengetahuan suci utamanya ajaran weda.  Kisah tentang murid yang lainnya yakni Sang Arunika, tugasnya mengerjakan sebidang sawah. Sejatinya semua pekerjaannya dalam bertani itu bagus hasilnya lumayan tapi pada suatu  ketika saat padinya tumbuh subur turunlah hujan kelewat lebatnya dan banjirpun datang, banjir itu menghancurkan pematang-pematang sawah dan menyebabkan banyak padi yang hanyut tergerus air. Sang Arunika berusaha sekuat tenaga mengatasinya namun selalu gagal, hingga akhirnya ia sendiri merebahkan dirinya sebagai pematang. Hingga sore dan malam tiba, Sang Arunika tidak pulang ke pesraman, maka di cari oleh Sang guru dan ditemukan dalam keadaan tidak berdaya. Atas kesetiaannya itu maka gurunya amat kagum, maka dibangunkanlah ia dan mulai saat itu baru diberikan ilmu pengetahuan weda, ternyata hasilnya amat memuaskan Sang Guru.

Sejatinya kutipan itu, merupakan suatu gambaran yang nyata dimana seorang guru pengajian memiliki peran yang amat penting serta strategis dalam tugasnya untuk melengkapi ajaran-ajaran kerohanian yang sebelumnya telah di dapatkan dari Sang Guru Rupaka, utamanya dalam bidang ilmu pengetahuan demi terciptanya generasi nan mumpuni berdasarkan atas sanyasa dan tyaga.  # Sanyasa : melakukan karya tanpa didasari oleh dorongan hawa nafsu rajah serta tamah.  ## Tyaga  ; bekerja tanpa pamrih dan tidak akan pernah menyesal bila usahanya gagal, malah menjadi cambuk untuk berusaha lebih giat lagi.


Sumber informasi : buku Agama Hindu SLTP kls 3, ganeca exact th.2003.


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini