Wednesday, April 6, 2016

Negtegang manik galih / baas dalam ritual keagamaan Hindu



Sejatinya tujuan utama dari kita-kita ini sesering mungkin mendekatkan diri kepadaNya adalah demi senantiasa kita ada dalam lindunganNya. Untuk tujuan itulah kita kebanyakan (selain penganut faham atheisme) memeluk salah satu agama yang kita yakini sebagai jalan terbaik kita untuk selalu terhubung denganNya. Riilnya agama tertua yang diwahyukanNya ke bumi pada sebagian kecil ajarannya mengenal empat jalan untuk terjadinya perubahan hidup kearah yang lebih baik (baca kesempurnaan hidup) lahir dan bathin, lumrah disebut catur marga ada juga yang membilang catur yoga. Keempatnya merupakan jalan/marga untuk menghubungkan/mendekatkan diri denganNya/ Hyang Widhi : bhakti marga, karma marga,jnana marga, dan raja marga.

serana utama ritual negtegang manik galih/baas memakai sebuah lumbung ukuran kecil dinamai "lumbung ayu"
serana utama ritual negtegang manik galih/baas memakai sebuah lumbung ukuran kecil dinamai "lumbung ayu"

Khusus tentang bhakti marga, berupa suatu usaha menghubungkan diri denganNya beserta manifestasinya dengan cara sujud bakti, menyucikan pikiran, mengagungkan kebesaranNya dan menghindarkan diri dari aneka perbuatan tercela/ menjauhi semua laranganNya Demi lancarnya pelaksanaan bhakti marga para umat Hindu membuat suatu serana diantaranya berupa aneka tempat suci ( merajan, pura ), pratima, upakara, dan yang lainnya. Tempat sucinya umat Hindu yang populer itu adalah pura (replika sorga), purapun didirikan dengan aneka upakara sakralnya misalnya makuh, melaspas, dan ngenteg linggih yang acap disebut karya agung. Hindu itu agama nan unik bukan ribet, buktinya semua ritual keagamaannya ada tingkatan-tingkatannya yang semuanya mengandung nilai budaya dan filosofi tinggi. 

 
suasana ritual negtegang manik galih, menjelang ngenteg linggih di pura Puseh Durentaluh tahun 2016 / saka 1938
 

suasana ritual negtegang manik galih, menjelang ngenteg linggih di pura Puseh Durentaluh tahun 2016 / saka 1938

 

suasana ritual negtegang manik galih, menjelang ngenteg linggih di pura Puseh Durentaluh tahun 2016 / saka 1938

Kita ambil sampel, salah satu jenis ritual yang disebut “Negtegang manik galih/negtegang baas”, ritual ini tidak dilaksanakan jika upacara yadnya hanya berupa puja wali biasa/ngodalin. Negtegang manik galih baru dilaksanakan setingkat upacara yadnya  yang tergolong besar  (nyangih nyambutin pada perorangan, ngenteg linggih pada umum misalnya pada suatu pura). Negtegang manik galih/baas, kurang lebih merupakan suatu prosesi keagamaan yang menyatakan suatu kesanggupan untuk melaksanakan yadnya yang terkatagori besar dalam artian siap mental juga materi. Ritual yang satu ini berserana utama beras, beras diupacarai sebagai simbul kesiapan beryadnya dalam artian hingga batas waktu selesainya upacara yadnya dimaksud yakin tidak akan kekurangan sandang pangan utamanya segala kelengkapan upacara yadnya yang diselenggarakan. Contoh riil,pada upacara Ngenteg linggih disetiap pura tentu ada yang namanya “Lumbung Ayu”. Lumbung itu tempatnya padi (bahan beras), lumbung ayu serana kelengkapan saat ritual negtegang manik galih/baas. 

perlengkapan /upakara ngingsah nyangling  (Pura puseh Durentaluh, April 2016)

Ngingsah nyangling kamis tambir April 2016, menjelang ngenteg linggih anggakasih perangbakat 10 Mei 2016 di banjar dinas Durentaluh, Desa Belimbing, Kabupaten Tabanan, Bali
Ngingsah nyangling kamis tambir April 2016, menjelang ngenteg linggih anggakasih perangbakat 10 Mei 2016 di banjar dinas Durentaluh, Desa Belimbing, Kabupaten Tabanan, Bali

Lumrahnya setelah upacara negtegang manik galih keesokan/lusanya dilanjutkan dengan upacara nyangling dan ngingsah (mencuci beras serana upakara misalnya bahan tepung untuk nyamuh). Upacara nyangling dan ngingsah beras dapat juga diartikan sebagai simbol dari kesiapan umat untuk melaksanakan upacara yang terkatagori karya agung. Nyangling sama artinya dengan nyelir yang pada intinya menunjukkan kesiapan seluruh umat Hindu untuk melaksanakan semua rangkaian upacara yang telah dijadwalkan hingga ke akhir acara yadnya. 

 
Ngingsah nyangling kamis tambir April 2016, menjelang ngenteg linggih anggakasih perangbakat 10 Mei 2016 di banjar dinas Durentaluh, Desa Belimbing, Kabupaten Tabanan, Bali

Ngingsah nyangling kamis tambir April 2016, menjelang ngenteg linggih anggakasih perangbakat 10 Mei 2016 di banjar dinas Durentaluh, Desa Belimbing, Kabupaten Tabanan, Bali
pembagian nasi yasa, usai ritual ngingsah nyangling, ngenteg linggih pura Puseh Durentaluh saka 1938

 Sedangkan upacara ngingsah beras dimaksudkan sebagai upaya untuk menyucikan beras yang akan dipergunakan selama pelaksanaan upacara ini. Misalnya kala upacara ngenteg linggih di Pura Puseh Durentaluh, rutual negtegang manik galih pada Rabu Manis Tambir 6 April 2016, Nyangling Ngingsah pada Kamis Paing Tambir 7 April 2016, dilanjutkan Jum’at keesokannya dengan acara nyamuh gede.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini