Friday, April 15, 2016

Maka ada Mala Desta atau Mala Sada




Desta/Jiyestha dan Sada itu adalah merupakan sebagian nama-nama bulan yang dipakai oleh penganut Hindu dalam menentukan hari baik/ayu atau sebaliknya buruk,  untuk melaksanakan segala jenis pekerjaan yang dikatagorikan penting, utamanya dalam rangka pelaksanaan yadnya ( misalnya Manusa yadnya, Butha yadnya, Pitra Yadnya). Dalam perhitungan Hindu itu tidak semua hari dianggap baik dan tidak juga semua hari dianggap buruk ( baik buruk hari selalu disesuiakan dengan peruntukannya dengan kata lain baik untuk …… dan buruk untuk ….. ).contohnya, saat sasih kesanga buruk melaksanakan acara manusa yadnya utamanya pernikahan, tapi baik nian untuk upacara butha yadnya.


Umat Hindu (khususnya Hindu Bali), latah memakai pedoman beberapa kalender (baca cara menghitung hari), yang kesemuanya disebabkan berkaitan amat dengan aneka ritual keagamaannya. Diantaranya memakai sistim : Chandra pramana (lunar system), surya premana (solar system),  Surya-chandra (luni solar system), wuku (pawukon).  System Chandra pramana itu adalah perhitungan waktu yang dibutuhkan bulan mengelilingi bumi. System surya pramana sama dengan waktu yang perlukan bumi mengitari mentari. Selanjutnya system surya-chandra, berupa gabungan antara system surya premana dengan Chandra premana lazimnya disebut system Chandra premana mengikuti surya premana dunia internasional membilang : Luni-solar system. Dan sytem wuku (pawukon) merupakan perhitungan waktu berdasarkan putaran pawukon (30 nama wuku), terbanyak dipakai saat menentukan ala-ayuning dewasa tapi tetap sasih yang terdominan, berulangnya siklus ini setiap 210 hari ( 1 semester), sehingga setahun wuku lamanya 420 hari.

Dalam Hindu  mengenal tahun saka, perhitungannya surya premana (solar system) dengan bulan kepertama dan selanjutnya : Cetra, Waisaka, Jiesta, Asada, Slawana, Badrawada, Asuji, Kartika, Margasira, Posya, Magha, dan  Palguna. Pada hitungan Hindu di system Chandra Premana nama bulan/sasihnya : kaesa/kasa, Karo, Ketiga, Kapat, Kelima, Keenem, Kepitu, Kewolu/Keulu, Kesanga, Kedasa, Desta/Jiyestha, dan Sada. Karena aneka kepentingan umat Hindu dalam menentukan hari baik dan hari buruk (ala ayuning dewasa) jadi latahlah dipakai gabungan system surya premana dan Chandra premana (Surya-Chandra premana) terkait erat dengan aneka ritual keagamaan misalnya Tawur Agung Kesanga (Pengerupukan) dan Nyepi (tahun baru saka). Karena dipadukannya dua system tentu ada ketimpangan, dalam hal ini ketimpangan waktu berupa lebih dan kurang.  Ketimpangan yang ada disolusikan dengan mengadakan pengerepeting sasih ( nampih sasih), maka ada tahun-tahun tertentu bersasih tiga belas tepatnya setiap tiga tahun sekali. Ini terjadi karena, selisih waktu Surya premana dengan Chandra premana per tahunnya adalah sepuluh hari, jadi dalam kurun waktu tiga tahun jumlah selisih itu jadi tiga puluh hari ( sebulan ). Yang lazimnya bulan ke tiga belas itu diadakan pada sasih Desta/Jiyestha atau Sada ( Saat –saat diberlakukannya perhitungan nampih sasih ada sasih Desta/Jiyestha diikuti sasih Mala Desta/Mala Jiyestha atau sasih Sada diikuti sasih Mala Sada). Sasih tambahan (sasih ketiga belas) itulah dinamakan Sasih Mala Desta/Mala Jiyestha atau Mala Sada.

Untuk memperhitungkan dalam tahun tertentu nampih sasih atau tidak, memakai perhitungan yang baku umumnya telah terjadi kesepakapan antara para ahli kalender (khususnya kalender Bali). Perhitungannya tahun saka dibagi 19, dan yang menentukan adalah sisanya  : 0,  2, 4, 7, 10, 13, 15, dan 18.  Maka pada tahun-tahun tersebutlah dilakukan pengerepeting sasih / nampih sasih. Contoh di tahun masehi 2016 saka 1938 terjadi nampih sasih maka ada sasih tambahan Mala Desta/Mala Jiyestha, tiga tahun kedepannya pada saka 1941 tentu nampih sasih lagi.

Disarikan dari berbagai sumber.


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini